Selamat Membaca...
.
.
Ayah Sam menahan tubuh Bulan dan memeluk tubuh Bulan erat. Saat ia menyelesaikan perkataannya yang terakhir. Bulan kembali ingin melepaskan diri dari sang ayah.
"Ish, adek gak mau sama ayah. Mau sama papi Abi aja. Papi, gendong adek. Adek gak mau sama ayah. Ayah jelek, nyebelin dan sekarang nakal. Adek gak suka. Gak mau pokoknya." berontak Bulan dalam pelukan ayah Sam
Tentu saja, ayah Sam sekuat tenaga menahan tubuh Bulan agar tidak lepas dari pelukannya.
"Ayah gak jelek, nyebelin atau pun nakal. Adek yang nakal, karna udah pergi ninggalin ayah."
"Mana ada ya adek nakal. Emang kapan adek nakal. Gak pernah tu. Jangan fitnah ya ayah."
"Terus anak nakal yang biasa jadi langganan di suntik terus dikurung sama abang siapa dek?" tanya Febi
"Apa sih, sok kenal banget. Bang Ebi gak di ajak ya, jadi diem. Adek masih marah ya karna disuntik waktu di rumah sakit."
"Adek masuk rumah sakit. Adek sakit apa?" tanya ayah Sam
"Adek kelelahan dan kekurangan gizi." bukan Bulan yang jawab melainkan Febi
"Ish abang cepu ni. Adek gak like."
"Gak perduli tuh. Lagian nanti kamu juga akan mendapat suntikan vitamin dari abang secara rutin."
"Huaaa gak mau. Bang Ebi jelek. Adek gak suka. Gak mau pokoknya sama bang Ebi. Mama Ve, mama nemu dimana sih bang Ebi waktu itu. Bisa dibalikin lagi gak?" tanya Bulan setelah pura pura nangis
"Heh mulutnya. Dikira abang barang apa."
"Mama juga gak tau sayang. Mungkin karna keluar lebih dulu. Jadinya sebagai percobaan." ucap mama Vera menanggapi candaan Bulan
"Terus, bully aja terus. Emang ya, cewek selalu bener."
"Gak kok, cewek juga pernah salah dan gak selalu bener. Yang pasti cewek itu bukan Bulan. Hahaha." gelak tawa Bulan terdengar setelahnya
Bulan menghentikan tawanya saat dirasa pelukan di tubuhnya semakin erat. Ia mengira jika sang ayah tengah kesakitan.
"Aduh sampe lupakan adek. Gara gara abang sama opa ni. Ayah kenapa, makin sakit ya lukanya. Ya udah buruan di obatin, ayah kan dokter." ucap Bulan dengan wajah tanpa dosanya
"Eh, oh iya. Kan ayah lagi sakit dan lagi jadi pasiennya. Gimana sih bang Ebi. Bukannya obatin luka ayah. Malah ngajakin adek adu mulut. Sekarang obatin dulu luka ayah." ucap Bulan tanpa putus
Mereka yang mendengar ucapan Bulan hanya bisa geleng geleng kepala. Mereka merasa ajaib dengan tingkah absurd dan celotehan yang keluar dari mulut Bulan. Padahalkan dari tadi dia yang banyak bicaranya. Makanya ayah Sam, jadi lambat ditangani.
Selama ayah Sam diobati oleh Febi. Selama itu pula Bulan mengusap usap belakang kepala sang ayah. Guna membuat ayahnya itu tertidur.
Bisa ia lihat wajah sang ayah yang terlihat lelah dan matanya yang sayu. Tapi sang ayah masih saja betah membuka kedua matanya.
"Tidur ayah. Biar ayah ganteng lagi. Ayah tau gak kalo sekarang muka ayah jelek banget. Kemana wajah ganteng ayah Sam yang dulu. Tolong kembali lah wajah ganteng ayah Sam." ucap Bulan dengan nada seperti merapalkan sebuah mantra
"Kembali lah wajah ganteng ayah Bulan. Tidur lah ayah, dan cepatlah menjadi ganteng."
"Jangan pergi~."
"Iya, adek gak akan pergi kok ayah. Jadi ayo kita bobok. Udah lamakan kita gak bobok bareng." ucap Bulan sambil menepuk punggung ayah Sam
Saat ayah Sam sudah tak sadarkan diri, alias tidur. Mereka semua keluar dari kamar ayah Sam meninggalkan sang ayah. Tapi sebelum itu, Bulan bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
Teen FictionDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...