Selamat Membaca...
.
.
Mama Vera mendekat dan memeluk tubuh Bulan.
"Nanti biar mama jewer abang kamu itu. Jangan sakit lagi ya anak mama. Mama sedih lo liat adek sakit. Mansion jadi sepi."
"Apa perlu adek dikurung aja di mansion. Biar adek gak terluka lagi. Habis adek kalo keluar bikin kita khawatir."
"Mama, adek kangen." ucap Bulan yang tidak membalas perkataan sang mama
Ia sedih dan juga bahagia. Ia sedih karna mendapatkan figur seorang ibu dari wanita lain, yang bahkan sangat amat menyayanginya. Bahkan ia sedih dan takut jika ditinggal olehnya.
Tapi, bagaimana bisa seorang ibu kandung yang bahkan melahirkannya ke dunia, dengan tega menyiksanya dan merencanakan kematiannya. Apa tidak pernah terbesit sedikit pun rasa sayang padanya.
Ia tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh siapa. Dan bukankah, kehadirannya adalah bentuk atau bukti dari perbuatan yang dilakukan oleh mama dan papanya, yang sama sama menginginkannya.
Tapi, setelah kehadirannya. Kenapa, setiap kemalangan yang menimpa sang mama. Selalu dilimpahkan padanya. Padahal, saat itu ia belum mengetahui apapun.
Dianggap pembawa sial, perusak masa depannya, aib bagi sang mama dan menghambat karirnya.
Ia tidak tau, apa salahnya. Bahkan saat kecelakaan itu. Ia sudah pasrah dengan hidupnya. Tapi yang di atas berkata lain. Dan memberikannya kesempatan untuk hidup kembali.
Saat asik terdiam dengan fikirannya. Tanpa sadar Bulan menangis.
"Mama." ucapnya lirih dengan tubuh bergetar
"Adek, kenapa nangis sayang. Ada yang sakit?"
Mama Vera mencoba bertanya dengan lembut seraya menenangkan Bulan, dan mengusap lembut bahu serta rambut sang anak.
Bulan masih belum mau menjawab dan malah kembali menggumamkan perkataan yang sama.
"Mama."
"..."
Mama Vera diam tidak menjawab. Bahkan mereka juga tidak ada yang berani bersuara. Membiarkan bungsu mereka untuk tenang dan mengeluarkan keluh kesahnya.
"Mama, kenapa- kenapa mama jahat. Salah Bulan apa. Kenapa mama tega bunuh Bulan. Kenapa- kenapa, hiks."
"Apa- apa segitu bencinya mama sama Bulan, hiks. Apa Bulan salah lahir ke dunia ini, hiks. Tapi, tapi-kan Bulan gak- minta untuk hadir di perut mama."
"Mama dan- papa. Kalianlah, yang- yang membuat Bulan ada. Mamalah yang membuat Bulan terlahir ke dunia, hiks. Tapi kenapa, hiks. Kenapa saat Bulan hadir di perut mama. Papa pergi, dan mama benci sama Bulan."
"Kalo bisa Bulan gak akan minta dilahirin, kalo hanya membuat orang tua Bulan susah. Kenapa gak sedari bayi aja Bulan di bunuh. Kenapa harus di besarkan, jika tidak disayang, dibenci dan disiksa setiap saat."
"Fisik Bulan sakit, mental pun juga. Sakit ma, Bulan selalu mengeluh atau mengadukan rasa sakit ini. Tapi kenapa, bukannya mengobati dan menyembuhkan. Lagi dan lagi, mama menambah luka ini semakin sakit dan dalam, hiks. Sakit ma, hiks hiks. Sakit."
Bulan menangis dengan suara yang sangat lirih. Suara yang bisa saja tidak dapat terdengar jelas di indra pendengaran mereka. Jika saja keadaan atau suasana di ruangan sedang tidak sunyi.
Mereka mendengar dan melihat. Bagaimana sakit, rapuh dan terlukanya Bulan. Adik, anak atau cucu mereka. Yang selama ini terlihat ceria dan bahagia. Yang terlihat paling bisa di andalkan dan terkadang akan terlihat lebih bijaksana di antara para saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
Fiksi RemajaDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...