Selamat Membaca...
.
.
Nyatanya walau bukan jiwaku yang merasakan..
Tapi rasa sakit ini masih terus terasa..
Hanya mengingat kenangan penuh luka itu aja, bisa membuat tubuhku bergetar..
Mungkin jika itu aku, sedari lama sudah kutinggalkan keluarga yang hanya memberi luka..
Tapi nyatanya itu kamu. Bukan aku..
Dan faktanya, penderitaan kita tidak ada bedanya..
Bahkan saat kamu pergi, ada sebuah keluarga yang mau mengangkatmu dan ada abang kembarmu, yang selalu menemani di sisimu..
Sedangkan, aku..
Bahkan sampai aku mati pun, tidak ada yang bersedih untukku..
Mama, dan juga adikku..
Sudah bahagia dengan pilihan mereka..
Mirisnya hidupku..
Renung jiwa yang berada dalam tubuh Nala..
"Tapi Na gak tau, apa yang mau diceritain. Bukannya kalo kita cerita ke orang itu harus yang baik baik aja ya. Sedangkan cerita Na, gak ada baiknya. Na jugs gak mau nanti ayah dan semuanya marah."
"Na gak mau dibenci dan dibilang pembohong lagi. Karna setiap Na bicara jujur, pasti selalu dianggap bohong. Na gak mau, itu menyakitkan. Walau dalam bayangan, tapi itu tetap menakutkan."
"Abang bukan orang bodoh. Abang bisa membedakan mana yang jujur dan bohong. Abang percaya kalo saat ini Nala berkata jujur dan abang percaya sama Nala." ucap Nick sembari mengusap kedua bahu adiknya, tak lupa dia membubuhi kecupan dimasing masing dahi mereka
"Sekarang cerita lah yang jujur. Keluarkan semuanya. Jangan dipendam lagi. Jika alasan Nala tidak bercerita karna takut kita semua menjadi marah. Lalu Nala lebih suka melihat kita semua bersedih, melihat Nala yang kesakitan sendiri. Tanpa mau berbagi cerita dengan kami. Jadi mau Nala seperti itu." ucap Nick dengan lembut
"Enggak, bukan- bukan gitu. Na Cuma-" Nala menggantungkan ucapannya
Melihat adiknya yang terdiam dengan raut wajah sedih, membuat Nick tidak tega.
"Baiklah, tidak usah diceritakan jika memang tidak mau. Lebih baik kita tidur aja ya." ucap Nick membaringkan tubuhnya dan tubuh kedua adiknya
Kedua tangannya ia gunakan untuk mendekap tubuh si kembar dan bahunya juga dijadikan bantalan oleh si kembar. Nala dan Alan juga ikut memeluk sang abang.
Mereka terdiam untuk waktu yang lama sampai akhirnya Nala bersuara.
"Dulu waktu Na sama bang Al masih kecil, kita diasuh dan dirawat sama bi Marni. Ayah dan abang abang gak mau rawat kita. Mereka selalu mengacuhkan kita."
"Hingga suatu hari. Na dengar, ayah berkata pada abang abang. Jika semua ini salah Na. Ketika abang Al lahir, bunda udah sangat lemah dan tidak memungkinkan lagi untuk melahirkan Na. Dan di saat itu hanya ada dua pilihan. "
"Menyelamatkan bunda dengan membiarkan Na mati di dalam perut bunda. Atau, melahirkan Na. Tapi nyawa bunda taruhannya."
"Tentu ayah memilih yang pertama dan udah disetujui sama dokter, tapi saat di ruang operasi bunda minta untuk mengeluarkan Na dan mau tidak mau dokter itu melakukan keinginan terakhir bunda."
"Sejak saat itu, ayah membenci Na. Untuk bang Al, sebenarnya ayah gak benci. Tapi karna wajah kita sama dan mirip dengan wajah bunda, makanya ayah juga mengacuhkan bang Al. Hingga beberapa tahun berlalu, akhirnya ayah Darius sadar. Kalo bang Al gak salah di sini, yang salah Na. Gak seharusnya Na hadir di dunia ini, dan membuat nyawa bunda terenggut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
ספרות נוערDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...