Bab 43 S2

669 25 0
                                    

Selamat membaca...

.

.

Malam hari...

Mereka semua melakukan makan malam bersama dan setelahnya berkumpul bersama di ruang keluarga. Untuk membahas tentang musuh mereka dan juga untuk menanyakan tentang hubungan ia dengan keluarga Gibran.

"Adek, kenalin mereka orang tua dari Gibran." ucap opa Gio

Bulan menatap kedua pasangan suami-istri yang dimaksud oleh opa Gio. Kedua orang tersebut juga menatap balik dirinya.

"Jadi, bagaimana kehidupanmu selama ini nak?" tanya si pria

Yang merupakan ayah dari Gibran. Ia bernama Kalio France Loris. Abang kandung dari ibu Rembulan.

"Dulu tidak baik. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik."

"Emm~ Mau kah kamu ikut bersama kami ke rumah kakek. Dan menunjukkan dimana makam ibu dan nenek?" tanya ayah Kalio

"Ikut? Tidak mau. Menunjukkan makam, boleh aja."

"Maaf ya paman. Entah kalian udah diberitahu atau belum. Tapi, saya bukanlah ponakan anda. Raganya memang, tapi tidak dengan jiwanya." ucap Bulan

"Kami udah tau nak. Kami menerimamu sebagai ponakan kami. Bahkan kamu udah kami anggap sebagai putri kami. Andai putri kami masih hidup, mungkin ia akan terlihat seumuran denganmu." ucap bunda Gibran

Yang bernama Sovia Frans Loris. Ia adalah seorang ibu, dengan dua orang anak. Tapi sayang anak keduanya yang seorang putri tidak memiliki umur panjang. Itu yang membuat ia mengalami depresi. Hingga melupakan putra semata wayangnya dan sibuk dengan pengobatannya.

"Jangan mengungkit masa lalu bibi. Bahkan kalian dengan mudahnya berbicara, tanpa memikirkan perubahan wajah dari putra kalian. Serta perasaannya saat itu hingga sekarang."

"Maaf jika perkataan saya terdengar kasar atau menyinggung kalian. Tapi, apakah pernah kalian menyayangi dan memperdulikan abang Ranran setelah kepergian putri kalian. Saya tau kalian pasti bersedih dan berduka saat itu, bahkan mungkin hingga detik ini."

"Tapi anak kalian bukan hanya putri kalian bukan? Kalian masih memiliki seorang putra. Yang bahkan dia lah yang lebih bersedih karna saat itu ia masih kecil dan tidak bisa menyelamatkan nyawa adiknya. Tidak kah kalian berfikir bagaimana perasaannya saat itu. Dan kesedihannya saat ini."

"Saya tanya, apa kalian tau jika abang Ranran sudah beberapa hari ini tidak pulang ke rumah dan menginap di sini."

Ucapan serta pertanyaan Bulan tersebut berhasil membuat mereka berdua terdiam. Mereka terdiam dan terlihat merasa bersalah.

"Maaf ya, paman.. bibi.. Bulan gak maksud untuk nyinggung kalian dan buat kalian sedih. Bulan Cuma mau ingetin kalian. Sebelum terlambat dan kalian menyesal untuk yang kedua kalinya."

"Bulan, mau aja ketemu sama kakek. Tapi Bulan gak mau pergi ke sana. Tubuh ini rentan dengan udara dingin. Dan setau Bulan, di tempat kakek sekarang lagi musim dingin atau bersaljukan?"

"Kamu tau?" tanya kaget Kalio

"Iya, paman."

"Emm, bisakah kamu memanggil kami ayah dan bunda seperti Gibran?" tanya Kalio

"Bulan udah punya dua ayah dan dua bunda. Masa nambah lagi. Lagian Bulan gak tau apa ayah Sam dan ayah Ed bakalan izinin kalo Bulan panggil kalian ayah dan bunda." ucap Bulan melihat pada ayah Sam dan ayah Ed

"Kalo ayah terserah Sam." ucap Ed

"Boleh saja, asal mereka gak bawa adek pergi dari ayah." ucap ayah Sam memeluk tubuh Bulan yang berada dipangkuannya

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang