Bab 22

1.1K 45 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

"Tuh kan, denger sendiri. Itu lah kenapa gue takut biarin Nala sendiri. Di sogok es krim langsung luluh. Gimana nanti, kalo ada om om nawarin es krim, karna ngira Nala masih bocil. Apa gak langsung diculik Nala sama mereka." celoteh Febi

"Ish abang berisik. Mana es krim Na." ucap Nala menadahkan tangannya di hadapan Febi

"Ya gak di sini. Ini kan rumah sakit. Bukan supermarket."

"Ish abang boong. Bang Al, ayo beli es krim." ucap Nala pada Alan dan hendak turun, tapi ditahan oleh Aldrich

"Bang lepasin, Na mau turun."

"Kalian mau ke mansion kan, bareng." ucap Aldrich menggendong tubuh Nala

"Tapikan nanti, masih beberapa jam lagi. Jadi Na mau beli es krim dulu. Turunin bang, ah elah. Kenapa pada suka angkat angkat Na sih. Na itu berat tau."

"Kamu ringan." ucap para pemuda itu

"Ish turunin abang Ric."

"Tadi kamu panggil apa?" tanya Aldrich

"Abang Ric, habis kalo manggilnya bang Al, nanti samaan kayak bang Alan. Terus kalo Dri, lidah Na suka kepeleset kalo ngomong r."

Aldrich yang mendengarkan celoteh Nala hanya tersenyum. Sedangkan yang lain, hanya menggelengkan kepalanya. Mereka takjub dengan hal hal random yang Nala lakukan.

"Ya udah Yan, gue sama mereka balik dulu ya. Gue juga mau ke mansion kalian dulu, mau jemput keluarga besar." ucap Aldrich pada Febian

"Gue juga mau balik kok, sekalian aja."

"Oke."

~

Mansion Seraphine...

Mereka memasuki mansion tersebut, dengan di pimpin oleh Febian dan di sebelahnya ada Aldrich yang sedang menggendong Nala. Dengan nala yang menampilkan ekspresi cemberutnya. Di tambah, tangan Febi yang bertengger di mulut nala. Membuat mereka menatap bingung ke arah Febi dan Nala.

"Itu kenapa mulut adeknya di tutup kayak gitu. Terus kenapa muka adek kok kesel. Kalian nakal ya?" ucap mama Vera

"Bukan kita yang nakal, tapi adek tu yang nakal. Kalo gak Ebi tutup mulutnya, bisa pecah gendang telinga kita ma." ucap Febian sambil menyalimi tangan para orang tua, diikuti oleh yang lain

"Mama Ve, abang Ebi nakal. Hukum aja, dari tadi adek dibuat kesel."

"Aduh duh, sakit ma. Bisa lepas nanti telinga ebi." ucap Febian menyentuh telinganya yang sedang dijewer

"Kamu ini ya, udah berapa kali di bilangin. Jangan usil sama adeknya."

"Kan adek duluan yang nakal ma. Ebi kan Cuma bercanda. Aduh, sakit ma. Lepasin dong telinga Ebi."

"Awas aja kalo masih gangguin anak gadis mama. Mama jewer telinga kamu sampe copot." (bercanda ya guys)

"Ampun baginda ratu."

"Su-ku-rin" eja Nala tanpa suara pada Febi, tapi dibalas senyuman oleh Febian

"Senyumnya mencurigakan." batin Nala

"Oh iya, lihat deh ma, tangan adek luka lo tadi. Terus adek minta es krim sama Ebi. Karna gak Ebi bolehin, adek mau ajak Aldrich dan Alan buat beli es krim. Padahalkan adek lagi sakit." ucap Febian menyeringai

"Mampus gue, sialan lo bang."

Semua tatapan mata mengarah padanya.

"Anak ayah nakal ya. Apa hukuman yang cocok untuk anak nakal." ucap ayah Sam

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang