Bab 2

3.7K 118 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

Karna ia mengingat bagaimana ketidaksukaan Nala dulu saat berdekatan dengannya apalagi ia sentuh.

Seolah paham akan isi pikiran dari pemuda yang saat ini menjadi saudara kembarnya.

Nala berucap, "Mulai sekarang aku gak akan menjauhimu lagi. Maafin aku ya, karna dulu pernah jauhin kamu bahkan benci kamu juga. Karna aku gak mau kamu juga ikut dapat kebencian dari mereka kalo berdekatan denganku. Karna kita kan saudara kembar."

"Semua perlakuan burukku dan ucapan kasarku. Hanya kebohongan yang aku buat supaya kamu menjauh dariku dan pergi dari keluarga ini."

"Akhirnya tujuanku terwujud. Kamu pergi ninggalin aku sendiri dan hidup bahagia bersama keluarga besar."

"Aku senang bisa lihat kamu lagi dan kamu juga terlihat sehat." ucap Nala dengan tersenyum cerah, bahkan sampai terlihat gigi gingsulnya

"Tapi, kenapa kamu kembali ke sini lagi. Seharusnya kamu gak kembali abang." ucap Nala lirih di akhir kalimatnya dengan raut wajah yang berubah jadi sedih

Sedari awal Nala bicara, Alan bisa melihat perubahan dari raut wajah Nala. Dia jadi merasa bersalah karna gak memaksa untuk terus bersama Nala dan malah ninggalin Nala sendiri bersama dengan keluarga mereka.

"Maafin Al ya Na. Andai dulu Al lebih keras maksain diri untuk lebih dekat dengan Na dan gak milih ikut dengan keluarga besar. Mungkin Na gak akan ngerasa kesepian dan disiksa sama mereka." ucap Alan terisak dengan air matanya yang mulai keluar

Melihat Alan menangis membuat Nala gak tega dan ikutan menangis.

"Ih kok kamu malah nangis sih. Kan Na juga jadi ikutan nangis, gimana dong. Abang tanggung jawab! Peluk Na sekarang!" ucap Nala yang ikut menangis sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Alan

Tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Alan langsung menghamburkan dirinya dalam pelukan sang adik. Yang selama ini ingin ia jaga dan ia sayang. Layaknya seorang abang pada adiknya, seperti kebanyakan saudara kembar di luaran sana.

"Maafin bang Al ya Na. Abang janji gak akan pernah ninggalin Na sendiri lagi. Kita akan selalu bersama. Abang gak mau jauh dari Na lagi. Abang akan ikut kemana pun Na pergi. Asal Na jangan minta abang buat menjauh lagi kayak dulu.." ucap Alan masih dengan terisak

"Iyaa, huaaa abang udah dong nangisnya. Kan Na juga gak bisa berhenti nangis."

"Nala bisa gak sih, lo ambil sifat cengeng lo ini. Nyusahin gue tau gak. Gue yang jarang nangis kenapa malah jadi cengeng gini sih.." batin Nala saat ini

Ada balasan dari Nala asli, tapi jiwa asing dalam tubuh Nala gak bisa dengar.

"Maaf ya Na, semua yang ada di diriku dulu akan terus melekat pada kamu agar kamu bisa lebih rileks tidak datar terus. Tapi sifat kamu masih akan ada kok. Tergantung siapa lawan bicara kamu dan keadaan yang ada disekitar kamu. Semoga kamu bisa bahagia ya." ucap Nala

"Iya iya, maafin abang ya. Abang udah gak nangis lagi kok. Liat abang udah berhentikan nangisnya. Sekarang Na juga berhenti nangis ya." ucap Alan setelah melepaskan pelukannya dari Nala

Nala yang melihat Alan mencoba untuk berhenti menangis pun malah kembali memeluk Alan.

"..."

"..."

Keheningan melanda ruang rawat tersebut. Karna sedari tadi dua saudara itu sibuk terdiam sambil memeluk satu sama lain, melepaskan kerinduan mereka selama ini. Sampai tiba tiba..

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang