Selamat membaca...
.
.
Keesokan paginya...
Mereka melakukan rutinitas seperti biasanya, yaitu sarapan bersama. Sarapan kali ini berjalan dengan hikmat juga. Sama seperti makan malam kemarin. Tapi entah kenapa Nala merasa jika ayah dan abangnya Axton. Sesekali melirik ke arahnya, yang membuatnya risih. Di tambah juga abang pertamanya yang dingin mendadak ramah padanya.
Abangnya itu bahkan membantunya duduk, dengan menarik dan mendorongkan kursi untuknya. Alhasil, saat ini ia duduk di samping abang pertamanya itu. Dan tak lupa, dia juga menuangkan minuman ke gelasnya.
Ia jadi bertanya tanya. Apa alasan mereka bersikap seperti ini. Apakah mengetahui sesuatu. Atau jangan jangan.
"Bang Al, jangan bilang abang udah kasih ke mereka flashdisk yang Nala kasih."
"Iya, abang kasih tadi malam."
"Jadi kalian sudah melihat semua isi flashdisk itu."
"Kami hanya baru melihat isi flashdisk yang pertama. Yang kedua dan ketiga belum. Tapi, boleh daddy tanya?"
"Tanya apa?"
"Kenapa, tanggal untuk membuka flashdisk itu jatuh pada tanggal yang sama. Dan kenapa boleh di bukanya beberapa hari lagi. Kenapa tidak sekalian saja, dengan yang pertama."
"Karna ada alasannya. Semua akan segera terjawab. Pesan Nala, selalu jaga diri dan hati hati. Jangan lupa untuk selalu mengaktifkan gps kalian. Karna, musuh sebenarnya bukanlah mereka. Melainkan..."
Ucapan Nala terhenti karna tiba tiba ia memuntahkan banyak darah. Mereka yang melihat itu tentu saja syok. Berbeda dengan Nala, yang malah tersenyum sambil menampung muntahan darahnya.
"Untung kalian belum meminum airnya, uhuk. Mereka semua sudah dibawa oleh anak buah ku." lirih Nala diakhir sebelum akhir nya tubuh Nala meluruh ke lantai
Sebelum tubuh Nala meluruh ke lantai. Alan dengan sigap menangkap tubuh Nala.
"Dek, adek! Tahan ya, kita akan bawa kamu ke rumah sakit." ucap panik Alan berlari membawa tubuh Nala ala brydal style. Di ikuti oleh Alexander yang lain.
Saat di dalam mobil. Kesadaran Nala sudah akan terenggut. Tapi sebelum itu,
"Tolong hubungi ayah Sam dan semuanya." ucap lirih Nala
Alan melaksanakan keinginan sang adik. Ia melakukan panggilan video di grup wa keluarga Seraphine dan Alexander. Saat panggilan terhubung. Terlihat semua wajah para anggota keluarga.
Para Seraphine tentu saja terkejut melihat kondisi Nala saat ini. Wajah pucat dengan mulut yang penuh noda darah dan seragam yang terkena noda darah juga.
"A-dek~ Anak ayah, kenapa kamu bisa seperti itu. Kenapa baru sehari adek udah seperti itu."
"Adek udah janji akan kembali dan men-ja-ga kesehatan. Ke-napa jadi seperti ini." ucap ayah Sam mewakili yang lain dengan suara bergetar
"Ay-ah ma-af. Te-ri-ma ka-sih. A-de-k se-nang pu-nya ka-li-an. Bu-lan sa-yang ka-li-an." ucap lirih Bulan dengan terbata bata, sambil tersenyum. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
"Adek!!!!" teriak mereka semua
"Cepat bang. Adek udah gak sadarkan diri. Nafas adek juga semakin menipis." ucap Alan pada Arnold
"..." Arnold tidak menjawab ucapan Alan, tapi ia semakin melajukan laju mobilnya.
"Ayah dan semuanya. Kita menuju rumah sakit Seraphine. Segera susul kita yah." ucap Alan pada mereka dan langsung mematikan panggilan vc secara sepihak
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
Teen FictionDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...