Bab 21

1K 52 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.
Setelah itu, Nala menduduki perut Rico dan menghajar wajahnya bertubi tubi sambil mengeluarkan umpatannya.

"Lo yang mati anjing! Selama ini gue diem waktu lo dan antek antek lo bully gue! Tapi sekarang lo bawa bawa nyokap gue yang udah tenang di atas sana! Dan gue! gak terima anjing! Lo juga dengan seenaknya nyuruh gue mati! Tau apa lo tentang hidup gue, ha! Nala yang dulu udah mati! Dan lo pengen Nala yang sekarang juga ikutan mati! Gak akan!"

"Lebih baik lo dulu yang mati! Mati lo anjing! Dari dulu sampe sekarang, gue gak pernah nyentuh ratu lo itu ya, anjing! Kalian semua bego, sampe otak kalian pun ikut di makan anjing! Kalo ngomong itu mikir! Dari ucapan dan tindakan kalian itu bisa membunuh seseorang! Dan gue yang dulu udah mati, karna kalian semua! Pembullyan membuat gue yang dulu mati! Semua itu karna siapa? Gue tanya karna siapa?! Karna cewek yang lo dan kalian semua anggap ratu itu!"

"Pernah gak lo liat gue mukul dia, gue nampar dia, gue bully dia. Pernah gak! Gue tanya, pernah gak! Buat deket sama dia aja gue gak berani ya anjing! Gimana bisa gue dituduh udah bully dan nyakitin dia! Punya otak tu di pake, jangan dianggurin aja! Katanya pinter, mata lo juga belum ikut di makan anjingkan. Sekolah ini banyak cctvnya, sebelum nuduh orang dan main hakim sendiri. Cek tu cctv! Jangan jadi manusia bego!" ucap Nala panjang lebar dan hendak menusuk Rico menggunkan belati miliknya

Ia tidak bisa mengontrol emosinya. Dendam menguasai akal sehatnya. Harus ada yang mencegahnya.

"Jangan dek, dia bisa mati." ucap Alan sambil memeluk tubuh Nala

"Lepas! Dia harus mati!" teriak Nala sambil memberontak

"Tahan dek, kendalikan amarah kamu." ucap Aska

"Gak bisa! Lepasin!"

"Jangan di sini." ucap Aksa

"Kamu bisa membunuhnya di tempat lain." ucap Lio

"Aku gak peduli!"

"Bulan tenang ya." bisik Alan sambil mengusap rambut Nala

Bulan mencoba tenang dengan menyayat telapak tangannya, hingga mengeluarkan banyak darah. Melihat darahnya keluar, ia merasa lebih tenang. Tapi membuat keempat abangnya menjadi tidak tenang.

"Adek! Apa yang kamu lakukan!" ucap mereka bersamaan

"Tidak apa apa. Ini sudah biasa." ucap Nala menenangkan mereka

Teman mereka sedari tadi hanya diam menyimak. Tidak berani ikut campur. Dan mereka cukup terkejut dengan semua aksi Nala. Satu kesimpulan yang mereka dapat, yaitu. Nala sangat lihat dan terlatih.

Nala melihat ke arah pintu masuk kantin. Ia bersitatap dengan dengan perempuan itu dan terakhir dengan abang kandung dari pemilik tubuh.

"Untung lo abang kandung gue. Kalo gak, mungkin nasib lo akan sama kayak dia." ucap Nala pada Axton dan menunjuk Rico

"Dan kalian, untung aja kalian gak pernah ikut melukaiku secara fisik. Jika iya, mungkin kalian juga akan bernasib sama." ucap Nala pada teman teman Axton

"Dan lo, mulai hari ini, gue tantang lo. Gue akan terang terangan melawan lo. Bilang sama orang di balik lo sekarang. Hati hati sama pergerakannya. Salah salah, kalian akan MATI!" tekan Nala di akhir ucapannya dengan tatapan amarah dan dendam menjadi satu

~

Setelah itu...

Rombongan Nala keluar dari area kantin. Dan mereka memutuskan untuk membawa Nala ke rumah sakit. Di perjalanan menuju rumah sakit, Nala sudah memohon untuk tidak dibawa ke rumah sakit. Apalagi setelah tau jika abang Febi nyalah yang akan mengobatinya...

Kenapa Harus aku... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang