"Benar. Letakkan disana."
Saat ini Jeonghan sedang mengarahkan Seungcheol untuk menumpuk kayu yang baru saja mereka tebang. Seperti yang sudah direncanakan kemarin, hari ini mereka berdua akan bekerja keras. Jeonghan sudah menyiapkan ini semua dengan baik.
Pertama-tama, setelah mendapat ijin dari pemerintah setempat untuk berjualan di pasar, Jeonghan akan membuat kios sederhana dari kayu. Tentu saja dia membayar sewa. Awalnya Jeonghan menggambar desain di atas kertas dan akan mengikuti itu. Ketika Seokmin membangun rumah mereka, Jeonghan juga sedikit banyak mendapat pengetahuan cara membuat benda dari kayu dengan sistem bongkar pasang. Hal yang sangat berguna bagi mereka berdua.
Kedua, setelah kios selesai dibangun, maka Jeonghan harus menemukan kendaraan untuk dapat membawa sayur-sayurannya ke pasar nantinya. Jeonghan sudah memiliki rencana. Dia akan menyewa gerobak dari salah satu warga. Ketika dia pergi ke pasar, dia sudah berbicara dengan pemilik gerobak.
Ketiga, Jeonghan harus memperluas kebunnya karena dia butuh banyak sayuran untuk di jual. Sejak ia terbangun di tubuh ini hingga sekarang, Jeonghan sudah melakukan penyelidikan mengenai lahan mana saja yang cocok dijadikan perkebunan. Dengan adanya air ajaib juga sangat membantu.
Dan yang terakhir, Jeonghan harus memikirkan bagaimana ia menarik perhatian pembeli. Karena dijaman ini, sayuran dan hasil bumi lainnya tidak begitu laku. Karena setiap orang bisa menanamnya sendiri. Tetapi Jeonghan sudah memikirkan rencana. Dia akan menjual sayuran-sayuran berkualitas dengan harga yang dua kali lebih murah dipasaran.
Ini tidak akan membuatnya rugi, karena waktu dan tenaga yang dia habiskan ketika memproduksi tanaman-tanaman itu juga tidak besar. Ketika pada umumnya cabai membutuhkan setidaknya empat bulan untuk berbuah, berkat air ajaib, hanya membutuhkan dua minggu saja. Dan yang menjadi target Jeonghan adalah pemilik usaha seperti pemilik rumah makan ataupun penyuplai makanan kekota.
Sebelum mengambil keputusan ini, Jeonghan juga sudah mempertimbangkan banyak hal. Seperti saingan pasar, peluang, target penjualan dan strategi pemasaran. Bahkan Jeonghan sudah akrab dengan beberapa penjual yang ada di dekat calon kiosnya. Dalam hal ini, dia memang ahlinya. Mulutnya begitu licin dan otaknya begitu penuh taktik. Jika tidak begini, Jeonghan tidak akan bisa bertahan hidup dengan tubuh dan pikiran yang sehat seperti sekarang. Dia harus pintar-pintar memilih mana yang perlu dimasukkan ke hati, dan mana yang perlu dibuang jauh-jauh.
"Begini caranya."
Seungcheol memperhatikan dengan seksama bagaimana Jeonghan membentuk papan yang telah ia buat. Pemuda itu dengan serius mengukur dan memprediksi bentuk yang dia inginkan. Terima kasih kepada kehidupannya yang pertama dan juga Seokmin, dia jadi memiliki kemampuan ini.
"Pastikan ukurannya sama agar kuat dan tidak mudah lepas." Jeonghan memasangkan dua buah kayu yang telah ia potong sesuai dengan desain dan ukuran yang ia mau.
"Seperti ini."
Seungcheol menatap kagum akan hasil yang Jeonghan tunjukan padanya. Jeonghan sangat luar biasa. Darimana ia belajar hal-hal yang bahkan Seungcheol tidak tahu. Dia bisa memasak, bisa membuat saluran air, bisa berkebun dan bisa membuat keranjang dari daun. Apa yang Jeonghan tidak bisa?
"Sini ku ajarkan." Jeonghan mengarahkan Seungcheol yang dengan serius memegang kayu dan parang di tangannya.
Dia mengikuti setiap arahan dan perintah Jeonghan dengan baik dan benar. Bahkan Jeonghan dibuat kagum oleh kemampuan belajarnya yang luar biasa cepat. Padahal bagi Jeonghan butuh setidaknya dua puluh percobaan untuk membuat ini semua.
Orang-orang berbakat seperti Seungcheol ini membuat dirinya muak dan iri. Tapi sudahlah, saat ini bukan waktunya iri. Dia dan Seungcheol harus menyelesaikan ini semua dengan cepat. Karena mereka butuh uang. Sebenarnya Jeonghan yang sangat membutuhkannya. Dia suka makan dan sebenarnya termasuk rakus. Dan untuk memenuhi kesukaannya itu, maka dia harus bisa menghasilkan banyak uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanficYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...