Jeonghan menguap lebar selama perjalanan menuju pasar. Dia masih mengantuk sedikit meski sudah tidur dengan baik tadi malam. Pemuda itu membuka rincian pengeluaran dan pendapatannya setelah berjualan selama satu minggu. Pasar selalu buka setiap hari karena memang pasar itu adalah satu-satunya pasar yang ada di daerah ini. Ada sekitar lima desa dan juga para pembeli dari luar. Cukup ramai meskipun lebih banyak penjual kecil.
Kali ini pun dia dan Seungcheol berangkat setelah menyelesaikan rutinitas mereka dengan baik. Pria itu duduk disampingnya dengan tenang sembari mengendalikan sapi yang menarik gerobak mereka. Teringat soal gerobak, Jeonghan ingat bahwa hari ini dia harus membayar sewa. Pemuda itu lalu memasukkannya ke dalam daftar.
Hari yang melelahkan baginya tetapi berkat air ajaib, dan uang serta makanan yang akan dia dapat nanti, Jeonghan rasa tidak selelah itu.
Setelah sampai di pasar, seperti biasa Seungcheol dan Jeonghan menyiapkan kios mereka. Sudah banyak orang yang menunggu. Tidak heran karena Jeonghan sekarang menjadi buah bibir di pasar ini. Karena sayurannya yang berkualitas tinggi tapi harganya murah, karena kiosnya, karena wajahnya dan karena Jeonghan sudah mengambil pelanggan beberapa penjual.
Jeonghan sudah bisa menduga hal ini sebenarnya, tidak peduli apapun yang dia lakukan, pasti ada pembenci.
Ketika dihadapkan dengan saingaan, ada tiga tipe manusia. Pertama, orang yang berusaha menaikkan kualitas dagangannya atau mengubah streginya. Kedua, orang yang pasrah saja terhadap saingan yang dia hadapi. Dan yang ketiga, orang yang malah membenci saingan tersebut. Dan Jeonghan sangat yakin, pria setengah baya yang kini memasang raut benci padanya adalah tipe yang ketiga.
Jeonghan tidak merasa bersalah sedikitpun. Manusia melakukan segala hal untuk bertahan hidup. Dan dia juga sedang melakukan itu, dia adalah pedagang. Pedagang melakukan segala cara agar dagangannya laku dipasaran. Saingan pasar adalah hal yang biasa dan sebagai pedagang yang cerdas, seseorang harus mampu membuat produk yang lebih baik dari pesaingnya. Bukannya malah membenci saingannya. Orang-orang busuk. Jeonghan harus berhati-hati pada orang-orang ini.
“Ku lihat bisnismu sangat lancar.”
“Ah, selamat sore, Paman.” Jeonghan tersenyum ramah pada seorang pria tua yang menghampirinya.
“Selamat sore. Ada sisa kue beras, apakah kau mau?” tawar pria itu pada Jeonghan yang langsung berbinar cerah.
“Tentu saja Paman! Aku akan memberikan sayuran ini sebagai gantinya.” Jeonghan dengan semangat menyiapkan sayuran untuk Paman itu.
“Kau ini memang sangat pandai membuat orang suka padamu.”
“Hahaha, Paman Ahn bisa saja.” Jeonghan menerima beberapa kue beras dari tangan Paman Ahn.
“Tolong naikkan sayurannya ke atas gerobak Paman Ahn, ya.” Pinta Jeonghan pada Seungcheol yang tengah menaikkan barang mereka juga.
Seungcheol mengangguk dan segera mengangkat sayuran itu lalu memasukkannya ke dalam gerobak Paman Ahn.
“Hohoho, baik sekali anak muda. Hati-hatilah dijalan, jangan lupa nikmati kue berasnya, ya~”
Jeonghan melambaikan tangannya kepada Paman Ahn yang sudah menggerakkan gerobaknya meninggalkan pasar yang masih agak ramai.
Paman Ahn adalah pria tua yang hidup sendiri, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya pergi merantau ke kota tapi tidak pernah kembali. Dia berjualan makanan ringan khas Korea di pasar ini.
Jeonghan sering membeli makanan ringan kepada pria itu karena itulah mereka saling kenal. Paman Ahn orang yang baik, dia selalu tersenyum ramah pada setiap orang dan makanan yang ia jual juga sangat enak. Belakangan ini dia sering memberi makanan yang tidak terjual habis pada Jeonghan secara gratis dan Jeonghan akan memberikan sayurannya kepada pria tua itu. Awalnya Paman Ahn menolak, tetapi Jeonghan itu sangat keras kepala dan penuh taktik hingga membuatnya menerima pemberian pemuda itu. Paman Ahn adalah satu diantara wanita dan pria yang sudah akrab dengan Jeonghan. Dia selalu berusaha untuk memiliki banyak kenalan agar kegiatan perdagangannya lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...