54. Saudara

2.9K 333 46
                                    

Jisoo jatuh di atas lantai dengan nafas yang memburu. Jantungnya terasa di tekan dan bisa hancur kapan saja. Dia memanggil Roh alam untuk melindungi Jeonghan. Karena ia tahu, pastilah penguasa neraka akan datang kemari.

Dengan perlahan, Jisoo mencoba untuk duduk. Dia menarik nafasnya perlahan dan mengeluarkan nya secara perlahan juga. Jisoo mengulangi tindakan itu sampai beberapa kali sampai dia bisa bernafas dengan normal.

Kemudian manik Jisoo melihat ke arah lukisan Jeonghan yang masih tertempel di dinding. Sebuah pancaran sulit diartikan berbinar dari kedua manik indah itu. Jisoo menundukkan kepalanya.

Kenapa ia merasa seperti orang bodoh?

Kedua tangan Jisoo saling meremat. Apa yang dia lakukan disini? Mendatangi Jeonghan untuk melihat keadaan pemuda itu? Atau untuk menagih keinginannya?

Jisoo menjadi menyesal sekarang. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Dia yang biasanya tidak pernah mendatangi orang lain terlebih dahulu, tapi kini dia yang selalu mendatangi Jeonghan.

Dia merasa dirinya adalah seseorang yang menyedihkan yang mengemis perhatian kepada Jeonghan. Sialan, ada apa dengannya.

Jisoo bangkit berdiri. Dia berencana akan melarikan diri dari sini tanpa di ketahui oleh Jeonghan. Ya, meskipun sudah pasti Seungcheol akan memberitahu pemuda itu perihal kedatangannya. Setidaknya ia tidak bertemu dengan Jeonghan secara langsung.

Namun harapan Jisoo pupus, saat hendak meninggalkan tempat itu, pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Jeonghan yang masih terlihat berantakan. Di belakang pemuda itu ada Seungcheol yang menatap khawatir kepadanya.

Jisoo mengalihkan pandangannya. Sialan dia malu sekali.

Jeonghan berdiri di tempatnya. Dia memperhatikan Jisoo yang terdiam setelah mengalihkan pandangan darinya. Seolah mengerti, Jeonghan berjalan mendekati Jisoo.

"Terima kasih." Ujar Jeonghan tulus. Bahkan darah kering masih terlihat di wajahnya.

"Aku tidak melakukan apa-apa." Kata Jisoo tanpa melihat Jeonghan. Dia masih betah dengan posisinya yang tidak nyaman itu.

Entah mengapa, Jeonghan tersenyum melihat tingkah Jisoo. "Apa kau ingin makan bersama?"

Mendengar ajakan itu, Jisoo mengalihkan pandangannya kepada Jeonghan. Dia tidak sadar bahwa kini matanya terlihat sangat antusias.

"Tidak usah. Aku akan pulang saja." Kata-kata yang dia keluarkan sangat bertolak belakang dengan ekspresinya.

Lagi-lagi Jeonghan tersenyum. Ah, keperibadian baru yang harus ia bujuk.

"Tidak, tidak. Kau harus makan bersama dengan kami." Jeonghan menarik tangan Jisoo dan mengajaknya ke luar. Seungcheol langsung mengikuti dari belakang.

Jisoo terlihat mengkerutkan keningnya. "Aku mau pulang saja-"

"Kau akan pulang setelah makan." Kata Jeonghan sembari mengarahkan Jisoo untuk duduk di teras.

Para pekerja Jeonghan yang lain saat ini sedang berada di sungai. Mereka ada yang mandi dan ada yang membantu Mingyu membersihkan daging buruan tadi.

Wonwoo bersama dengan Bibi Han kembali, diikuti Bora di belakang mereka. Saat Wonwoo melihat bercak merah di pakaian Jeonghan dan penampilan pemuda itu yang berantakan, anak itu langsung berjalan secar terburu-buru untuk menghampiri Jeonghan. Bibi Han segera memasuki dapur dan Bora melompat ke dalam sungai tempat para pekerja lainnya sedang membersihkan diri. Alhasil mereka terkena cipratan air saat tubuh besar Bora memasuki air itu.

"Kakak?" Wonwoo menatap wajah Jeonghan dengan rasa cemas yang sangat kentara.

Jeonghan tersenyum, "Ah Wonwoo. Apa yang ada di keranjangmu?"

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang