8. Sedikit Perdebatan

3.9K 377 4
                                    

“Ada yang ingin ku bicarakan denganmu.” Seokmin menghampiri Jeonghan yang sedang menjemur biji-bijian miliknya.

“Ada apa?” tanya pemuda itu sembari meninggalkan biji-bijiannya di bawah terik matahari.

“Begini, gubuk ilalang ini menghadap gunung dan membelakangi sungai. Jika kita ingin membangun rumah yang baik, rumah seharusnya dibangun membelakangi gunung dan menghadap sungai. Tetapi, menurut struktur letak rumah ini, jika kita mengikuti peraturan sebelumnya, maka rumah ini akan membelakangi jalanan. Apa kau punya saran?” Seokmin menggambarkan sketsa sederhana diatas tanah.

Melihat sketsa yang Seokmin gambarkan, Jeonghan juga ikut berpikir. Dia lupa jika rumah tradisional Korea harus dibangun menghadap sungai dan membelakangi gunung. Jeonghan mengajak Seokmin menuju jalanan untuk melakukan pengamatan. Pasalnya, jalan yang ia bangun juga akan sia-sia jika begini, kan.

“Sepertinya kita bisa membuka jalan baru dari sebelah sini menuju ke bagian rumah. “ Saran Jeonghan sembari menunjuk bagian tepi jalan yang masih ditutupi oleh tumbuhan liar.

“Bagaimana dengan jalan kecil yang kau buat itu?”

“Mengenai hal itu, aku akan menutupnya saja. Lebih baik kujadikan kebun atau semacamnya.” Jawab Jeonghan sembari memasang wajah berpikir.

“Baiklah. Aku hanya ingin memastikan saja.” Seokmin melihat kembali pada desain ditangannya. “Kau ingin ada ruangan besar dibelakang rumah dan teras yang cukup luas. Lalu sebuah kamar mandi?” Seokmin memasang wajah bingung melihat sebuah ruangan lain dibelakang rumah.

“Itu akan ku jelaskan nanti.” Ujar Jeonghan sembari melihat Seungcheol yang berjalan terburu ke arah mereka.

“Kenapa pergi jauh?” tanya pria itu ketika sampai didepan Jeonghan.

“Tidak jauh. Kau masih bisa melihatku.” Jeonghan berjalan melewati Seungcheol dan juga Seokmin menuju bibit-bibit yang ia jemur.

Seokmin memperhatikan bagaimana Seungcheol berjalan pelan dibelakang  yang kini memasuki gubuk mereka. Kenapa mereka berdua terlihat seperti suami istri sungguhan?

Mengabaikan hal itu, Seokmin mulai mencatat hal-hal yang perlu dilakukan dan juga bahan-bahan bangunan selain kayu-kayu yang telah disiapkan oleh Jeonghan. Jerami untuk atap, batu-batu untuk pondasi, dan tanah liat untuk dinding rumah. Mungkin besok mereka sudah bisa mulai bekerja.

Jeonghan memandangi peralatan-peralatan sederhana yang ada dalam gubuknya. Tidak lupa gentong berisi air ajaib mereka. Mungkin Jeonghan akan menyembunyikannya dibelakang pohon-pohon besar dalam hutan.

“Selama pembangunan rumah, dimana kita akan tinggal, ya?” Tanpa sadar, Jeonghan bertanya pada dirinya sendiri.

“Di rumah Seokmin. Aku sudah bilang.” Seungcheol menjawab pertanyaan Jeonghan itu.

“Aaa,” Jeonghan menganggukkan kepalanya. “Kita juga bisa membantu Seokmin dan rekan-rekannya nanti.”

“Kau tidak usah. Nanti kelelahan dan terluka.”

Lagi-lagi Jeonghan memutar matanya mendengar kata-kata Seungcheol.

“Tanganmu kecil, nanti tidak kuat.” Lanjut Seungcheol semakin membuat Jeonghan kesal.

“Kau meragukanku ya? Begini-begini aku tetap laki-laki.”

Seungcheol tidak menjawab Jeonghan lagi karena pemuda itu sudah berjalan menuju gentong berisi air ajaib milik mereka.

“Ayo cepat bantu aku memindahkan ini.” Jeonghan sudah bersiap-siap memegang pinggiran gentong tersebut tetapi Seungcheol malah berjalan keluar.

Jeonghan menatap tidak percaya pada punggung Seungcheol yang menghilang dibalik pintu. Dia diabaikan?

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang