26. Melawan Saingan

3K 334 22
                                    

“Pakai ini.”

Jeonghan terdiam ketika Seungcheol melilitkan sebuah syal di sekeliling lehernya. Tangannya terangkat untuk menyentuh kain yang tidak bisa dibilang mahal tersebut. Jeonghan tersenyum kecil, Seungcheol ini memang terlalu baik padanya. Lama-lama, Jeonghan bisa jatuh cinta pada pria itu.

“Terima kasih. Pergilah pulang.” Kata Jeonghan sembari berbalik untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah sedikit.

Seungcheol memandangi punggung Jeonghan yang membelakanginya. Tanpa aba-aba, dia bergerak untuk memeluk pemudanya itu dari belakang, membuat Jeonghan berjengit kaget.

“Jangan terlalu kelelahan.” Bisik Seungcheol berat di telinga Jeonghan yang kini memerah. Sensasi geli menjalar dari telinganya karena nafas hangat milik pria itu.

“Iya, iya! Tidak perlu peluk-peluk!” Jeonghan melepaskan diri dari pelukan Seungcheol dan memandang sengit pada pria itu.

“Tidak boleh peluk-peluk seperti itu.” Kata pemuda itu sambil menggoyangkan jarinya didepan wajah Seungcheol. Jujur saja, belakangan ini Seungcheol terlalu banyak skinship dengannya. Tapi ini yang paling intim, Seungcheol juga melakukannya didepan umum begini.

Bola mata Seungcheol mengikuti jari Jeonghan yang bergerak didepannya. Kemudian memandang Jeonghan sambil memiringkan kepalanya, “Kenapa tidak boleh?”

“Ya, karena tidak boleh! Sudah sana pulang!” Jeonghan mendorong Seungcheol untuk masuk lagi ke dalam kereta.

Gwanghyun, Wonwoo dan Mingyu hanya bisa terdiam sambil melihat interaksi keduanya. Mingyu berusaha maklum, Wonwoo terlihat sudah sangat terbiasa dan Gwanghyun hanya memandangi mereka datar.

“Aku juga ingin peluk-peluk.” Ujar Gwanghyun tiba-tiba membuat Mingyu tersenyum canggung.

Masalahnya pria itu mengatakan hal seperti itu dengan wajah datar. Memang orang-orang disekitar Jeonghan ini aneh semua. Sepertinya hanya Mingyu yang normal.

“Hah! Kau juga pulanglah, Gwanghyun.”

Jeonghan yang baru kembali segera bergerak untuk berjualan. Dia melewati Gwanghyun dan Mingyu menuju ke kiosnya. Wonwoo mengikutinya dari belakang dengan diam dan patuh.

Gwanghyun melihat Jeonghan dengan pandangan datar, “Aku pulang, ya.”

Sudut bibir Jeonghan berkedut, matanya memandang punggung Gwanghyun yang berjalan menuju kereta. Apa-apaan itu? Gwanghyun baru saja berpamitan dengannya? Sepertinya matahari akan terbit dari sebelah barat.

Jeonghan menghela nafas sebelum memasang senyum bisnisnya yang biasa. Dia melayani setiap pembelinya dengan sangat tekun dan ramah, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh mereka. Walaupun sudah lumayan lama disini, beberapa orang ada yang baru melihat Jeonghan. Selain karena dia hanya berjualan hingga pukul dua siang, Jeonghan juga jarang pergi hanya untuk mengobrol dengan orang lain. Selesai berjualan dia langsung pulang, karena banyak yang harus dia lakukan di rumah. Pekerjaannya tidak pernah berhenti.

Di kehidupan sebelumnya, Jeonghan juga bekerja keras seperti ini. Bahkan mungkin lebih keras dan tekun, apalagi dulu tidak ada air ajaib, jadi tenaga Jeonghan murni dari dirinya sendiri. Tetapi, entah kenapa, dia tidak pernah mendapatkan hasil yang dia inginkan, dia dulu tidak pernah beruntung dalam bidang pertanian, sementara tempatnya tinggal adalah daerah agraris.

Tetapi di kehidupannya yang kedua ini, dia merasa sangat beruntung. Tidak hanya mendapat air ajaib, semua usahanya juga lancar, dia akhirnya berhasil dalam bidang pertanian ini. Meskipun, di kehidupan ini dia malah menikah dengan seorang pria. Mungkin, suatu saat nanti, Jeonghan akan menceraikan Seungcheol. Tidak mungkin juga, mereka berdua terikat hubungan aneh ini untuk selamanya.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang