46. Permintaan maaf [1]

2.6K 310 48
                                    


Warn! ⚠️
Blood and brutal scene that might be disturbing.

Mingyu menurunkan Jeonghan dari gendongannya. Mereka sampai di rumah dan segera disambut oleh Chan yang segera menghampiri Tuan-nya itu. Begitu juga dengan Bora yang segera keluar dari dalam rumah, tetapi hewan itu berhenti di tempatnya saat merasakan aura tidak menyenangkan dari Jeonghan.

Jeonghan berjalan melewati Chan yang hendak berbicara dengannya dan segera memasuki rumah. Tindakannya itu mengundang raut kebingungan di wajah para pekerjanya. Chan beralih kepada Mingyu yang berdiri diam melihat Jeonghan yang sudah menghilang dibalik pintu rumah utama.

“Ada apa dengan Tuan?” alisnya terangkat, tapi sebelum Mingyu dapat menjawab pertanyaan Chan itu, pertanyaan lain telah muncul di kepalanya.

“Tunggu. Dimana Tuan Seungcheol dan juga Seungkwan? Kereta? Kenapa kau hanya pulang sendiri dengan Tuan Jeonghan?”

Mingyu mengalihkan pandangannya kepada Chan, “Kurasa hari ini kita akan membunuh orang.”

“Hah?!” para pekerja yang terdiri dari sebelas orang termasuk Chan serentak menganga akan kata-kata Mingyu.

Melihat reaksi itu, Mingyu menghela nafas, “Kios Tuan yang ada di ibu kota dihancurkan oleh Hyungsik. Tuan Seungcheol dan Seungkwan diculik. Mereka juga akan menculik Tuan Jeonghan, hanya saja aku segera menyelamatkannya.”

“Hyungsik sialan! Ada apa dengannya?!” Chan mengepalkan tangannya. Dia akan siap menghajar siapapun itu yang menyakiti kedua Tuannya.

Lagipula sudah lama ia tidak menyentuh pekerjaan kotor ini. Mungkin sudah saatnya Chan menguji skillnya. Siapa yang tahu, jika skill membunuhnya menghilang karena setiap saat pekerjaannya  hanya bertani.

“Ini keterlaluan. Tuan Jeonghan pasti  sangat marah.” Ujar Taemin pelan.

Tetapi hal itu didengar oleh Mingyu, dia melihat kembali ke arah pintu, “Sangat. Ku rasa Tuan Jeonghan berniat membunuh Hyungsik.”

“Kalian, bawa senjata kalian masing-masing. Kita akan pergi bersama Tuan Jeonghan nantinya.” Kata Mingyu kepada pekerja yang segera mengangguk.

Para pria itu kekar dan besar itu segera bergegas mengambil senjata tajam apa saja yang mereka miliki. Sembari menunggu Jeonghan untuk keluar. Entah apa yang dilakukan pemuda itu di dalam rumah.

Bora mengikuti Jeonghan ke dapur. Hewan itu berhenti di belakang Jeonghan yang sedang mengisi ruas bambu besar dengan air ajaib dalam gentong. Raut wajahnya dingin, dan aura yang dipancarkan pria cantik itu membuat Bora tidak berani mendekat. Hewan buas yang diperlakukan seperti anjing peliharaan itu hanya berani menunggu di belakang saja.

Sebuah helaan nafas panjang terdengar dalam ruangan sepi itu. Jeonghan menumpukan tangannya di atas permukaan gentong air ajaib miliknya. Mata pemuda itu menutup sebentar guna menetralisir detak jantungnya yang sangat berisik. Tangan Jeonghan bergetar hebat saking banyaknya emosi di dalam dada dan kepalanya.

Jeonghan melirik air yang memantulkan wajahnya. Wajahnya terlihat tidak berbentuk karena permukaan air yang bergelombang akibat gerakan Jeonghan yang terkesan kasar saat mengambil air tadi.

Air ajaib telah dimasukkan ke dalam ruas bambu. Jeonghan mengambil cangkir lalu kemudian mengisinya dengan air ajaib itu. Dia segera meminumnya, dan ketika air dingin itu membasahi kerongkongannya yang kering kerontang, Jeonghan merasa amarahnya sedikit reda.

Jeonghan menenangkan dirinya sendiri. Dia harus bisa berpikiran jernih saat ini, jika tidak ia tidak akan bisa membalas Hyungsik dan Pakgo sialan itu. Dia harus tenang dan berkepala dingin.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang