Setelah kejadian dimana Seungcheol menghajar Pakgo habis-habisan, orang-orang pada awalnya merasa takut pada Seungcheol karena mereka kira pria itu akan berlaku seenaknya, tetapi rupanya Seungcheol hanya akan diam dibelakang Jeonghan. Dia akan ada di sana memperhatikan setiap gerak-gerik pasangannya itu. Dan dia sama sekali tidak repot untuk bersosialisasi dengan masyarakat, dia hanya akan terlihat berbicara dan membeli dagangan Paman Ahn sesekali.
Tetapi setelah berlalu beberapa hari, semua kembali kepada keadaan normal. Kegiatan berjalan baik dan dagangan Jeonghan setiap harinya lebih cepat habis. Banyak pemilik rumah makan kecil yang membeli stok sayuran-sayuran pada pemuda itu. Hingga Jeonghan berencana untuk memperluas kebun dan menyewa gerobak yang lebih besar.
Daripada merasa takut pada Seungcheol, para penghuni pasar lebih merasa senang dan lega karena Pakgo dan teman-temannya tidak pernah muncul lagi di pasar. Kehadiran Seungcheol membawa kedamaian. Apalagi pria itu juga tidak jahat, tapi tidak bisa dibilang baik juga.
Jeonghan saat ini sedang menopang wajahnya menggunakan punggung tangan, matanya melihat bagaimana Seungcheol berjalan ke arahnya dengan beberapa kue di telapak tangannya. Pria itu terlihat sangat berhati-hati membawa kue-kue itu. Dia sesekali melihat kue ditangannya dan tanpa sadar tersenyum kecil.
Melihat hal itu Jeonghan menghela napas. Seungcheol seolah memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang.
Jeonghan masih ingat bagaimana kemarin pria ini tidak bergerak hanya karena seekor kupu-kupu hinggap di tangannya. Matanya membulat dengan polos sambil melihat sayap hewan itu berkepak. Ketika Jeonghan melihatnya, Seungcheol tersenyum lembut dan matanya seolah menyuruh Jeonghan untuk melihat kupu-kupu ditangannya juga. Dan Jeonghan masih sangat ingat ketika kupu-kupu itu terbang, Seungcheol terlihat sangat sedih.
Pada saat itu Jeonghan hampir mencekik lehernya sendiri. Bisa-bisanya Seungcheol merasa sedih karena seekor kupu-kupu terbang dari tangannya, padahal pria itu sudah hampir membunuh seorang manusia. Jeonghan tidak akan mengerti pria ini.
"Ini kue." Ucap Seungcheol sambil menyodorkan kue di tangannya ke arah Jeonghan.
Jeonghan melihat telapak tangan Seungcheol yang berisi kue-kue kecil. Dia baru sadar ternyata telapak tangan Seungcheol penuh dengan bekas luka dan terlihat sangat kasar. Lalu setelahnya, mata Jeonghan naik untuk melihat wajah Seungcheol yang terlihat bangga akan dirinya sendiri. Tangan Jeonghan yang lentik dan panjang terlihat sangat kontras dengan tangan Seungcheol, jari-jari cantiknya bergerak meraih salah satu kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Seungcheol tersenyum tipis ketika kue itu sudah masuk ke mulut Jeonghan. Tangan Jeonghan bergerak lagi mengambil kue dari tangan Seungcheol dan memasukkannya ke dalam mulut pria itu.
Seungcheol nampak terkejut tapi tak lama mengunyah kue tersebut. Sangat manis. Seungcheol tidak suka makanan manis, tapi karena Jeonghan memberikannya padanya, maka akan ia makan sampai habis.
"Terima kasih." Ucap Jeonghan sembari mengambil semua kue ditangan Seungcheol.
Pria itu mengangguk dan kembali ke belakang Jeonghan.
"Wonwoo, kemarilah." Panggil Jeonghan pada remaja yang sedang membersihkan halaman kios mereka.
Wonwoo segera meninggalkan kegiatannya dan berjalan ke arah Jeonghan. Anak itu terlihat sangat sopan dan giat dalam bekerja. Selalu mengangguk dan menuruti setiap perintah Jeonghan. Karena itulah Jeonghan sangat suka padanya dan selalu memberikan makanan padanya.
"Makanlah." Jeonghan meletakkan sebuah kue kecil ditangan Wonwoo.
Remaja itu berkedip beberapa kali sebelum mengucapkan terima kasih pada Jeonghan dan pergi melanjutkan kegiatannya. Dia memakan kue itu dengan perlahan dan Jeonghan bisa melihat garis bibirnya terangkat. Jika melihat hal seperti ini, Jeonghan merasa kehangatan menelusup kedalam hatinya. Hal-hal kecil seperti senyuman Wonwoo membuat semangat Jeonghan untuk segera menjadi kaya bertambah kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...