29. Rencana jahat

3.1K 328 38
                                    

"Aku ingin mencekiknya!" Sujin menggigit ujung-ujung jarinya kesal ketika melihat wajah Jeonghan yang terlihat bercahaya di bawah sinar matahari.

Yaeji yang ada dibelakangnya hanya bisa memutar matanya dan pergi diam-diam dari sana. Dia sudah malas mendengar ocehan Sujin yang berisi sumpah serapah kepada Jeonghan. Daripada mendengar temannya itu, lebih baik dia pergi mencari pekerjaan lain di pasar. Itu akan lebih berguna dan dia dapat menghasilkan uang lebih banyak. Orang tuanya di rumah akan sangat terbantu.

Tanpa menyadari Yaeji yang sudah pergi, Sujin masih tetap memandangi Jeonghan dengan aura permusuhan. Kenapa Seungcheol tidak melihatnya saja? Dia jauh lebih enak dipandang, Sujin juga selalu menjaga tubuhnya agar tetap indah. Dia sudah merendahkan dirinya dengan mendekati Seungcheol terlebih dahulu, hal yang begitu jarang Sujin lakukan. Bahkan setelah melakukan hal itu, pria kekar itu masih tidak mau melihatnya.

Bahkan dia sampai mengikuti Seungcheol setiap sorenya,  namun ia tidak pernah bertemu dengan pria itu. Sekarang apalagi yang harus ia lakukan untuk memikat Seungcheol. Dia menggigit jarinya frustasi.

Belakangan Sujin sadar, jika Seungcheol tidak bisa didekati dengan cara lembut seperti ini. Mungkin Sujin perlu merangkak ke atas tempat tidur pria itu, barulah ia bisa mendapatkan Seungcheol.

"Yaeji, ayo pergi ke rumah Seungcheol!"

Mata Sujin begitu berapi-api. Seringai terbentuk di bibirnya. Tapi suara Yaeji yang Sujin harapkan tidak juga terdengar. Wanita itu berbalik melihat ke belakang dan tidak menemukan temannya disana. Sialan, dia ditinggalkan.

Sujin menggigit bagian dalam mulutnya hingga terluka dan dia mengaduh kesakitan. Sekarang rasa kesalnya bertambah. Lagi, rasa perih dalam mulutnya. Kenapa semuanya sangat suka membuat dirinya kesal?

••||••


"Biar aku saja yang menjemurnya."

"Hah?"

Jeonghan melongo ketika Seungcheol mengambil alih bibit-bibit tanaman yang hendak ia jemur. Sekarang dia berdiri seperti orang bodoh dengan tangan yang mengadah.

"Hmm..." Jeonghan melipat tangannya sambil memandangi Seungcheol yang tengah mengatur agar bibit-bibit tanaman itu tersusun rapi.

Mereka baru saja pulang dari pasar. Seperti biasa, dagangan habis dan lancar. Wonwoo pergi ke hutan bersama Bora. Entah sejak kapan keduanya menjadi akrab. Tetapi akhir-akhir ini Wonwoo lebih banyak berbicara dan tersenyum. Keadaan bocah itu mau tidak mau membuat Jeonghan ikut senang juga.

"Ingin saya siapkan pemandian anda, Tuan?" Bibi Han menunduk sopan pada Jeonghan yang masih memperhatikan Seungcheol.

"Nanti saja, Bi." Jawab Jeonghan tanpa mengalihkan pandangannya dari sang suami.

"Baik Tuan."

Bibi Han masuk kembali ke rumah utama untuk menyiapkan makanan. Meskipun sebenarnya dia sangat jarang memasak. Karena Seungcheol tidak bisa atau sebenarnya tidak mau memakan makanan yang dimasak orang lain, selain Jeonghan tentunya.

Terkadang bahkan pria itu yang memasak untuk dirinya dan Jeonghan. Meskipun dia kerap terkena ceramah Jeonghan yang menyarankan untuk memakan lebih banyak sayuran. Ya, Seungcheol paling suka memakan daging. Tetapi dia juga tidak pernah menolak sayuran yang dimasak oleh Jeonghan.

"Biarkan saja disana. Mari pergi melihat yang lainnya." Ajak Jeonghan kepada Seungcheol.

Jeonghan berjalan masuk ke dalam rumah untuk mengambil air ajaib. Seungcheol menyusul dan langsung mengambil alih air itu dari tangan Jeonghan, tidak lupa ia memberikan topi anyaman ke atas kepala Jeonghan. Pemuda itu sama sekali tidak menolak, dia dengan ringan berjalan menuju hutan.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang