59. Kebahagiaan abadi

3.6K 351 71
                                    

Jeonghan tersenyum ketika melihat Seungcheol baru saja kembali dari kebun bersama dengan para pekerjanya yang lain. Seungcheol melihatnya sambil tersenyum tipis juga.

Para pekerja yang lain ada yang kembali ke rumah masing-masing, ada yang ke sungai dan ada yang memanjat pohon persik yang berbuah lebat.

Seungcheol langsung menghampiri Jeonghan dengan keranjang kecil berisi stroberi liar di tangannya.

"Istri sudah mandi?" Tanya Seungcheol pada Jeonghan yang tengah memakan stroberi liar itu.

"Belum." Kata Jeonghan sambil terus memakan stoberi liar.

"Mau mandi bersama?" Tawar Seungcheol.

Jeonghan terlihat berfikir dan akhirnya dia mengangguk. Keduanya pun bergerak bersama ke kamar mandi.

Seperti biasa, Seungcheol membantu Jeonghan mandi dan setelahnya mereka berdua makan malam bersama.

"Aku senang." Ujar Jeonghan tiba-tiba sambil menatap langit-langit kamar.

Dia dan Seungcheol sedang berbaring di atas tempat tidur. Jeonghan berbaring terlentang dan Seungcheol memeluknya dari samping.  Kepala Seungcheol tenggelam di ceruk leher jenjang milik Jeonghan sangat nyaman.

"Kenapa istri senang?" Tanya Seungcheol sambil mengusak leher Jeonghan dengan kepalanya.

"Geli." Tangan Jeonghan begerak untuk menyingkirkan kepala Seungcheol dari lehernya, tetapi pria itu tidak bergeming sama sekali.

"Kenapa istri senang, hm?" Tanya Seungcheol lagi sambil mengangkat kepalanya dari leher Jeonghan tanpa mengurangi kekuatan pelukan di pinggangnya.

"Tidak tahu. Senang saja." Kata Jeonghan sambil tekekeh kecil.

Seungcheol memandangi wajah Jeonghan dengan sangat dalam. Matanya memuja seluruh sudut wajah pemuda itu. Merekam tiap kedipan dan helaian bulu mata.

Sebuah senyuman tulus terbentuk di bibir Seungcheol, dia kembali menjatuhkan kepalanya di bahu Jeonghan. "Aku sangat menyukai istri."

Kepala Jeonghan mengangguk, dia mengelus kepala Seungcheol dan mengusak rambut agak bergelombang milik sang suami. Jeonghan mungkin jarang mengatakannya, atau mungkin tidak pernah? Tapi Seungcheol sangat berharga baginya. Dia juga mencintai Seungcheol, sebesar cinta pria itu padanya.

Jeonghan tidak seperti Seungcheol yang suka mengutarakan cintanya secara terang-terangan, tetapi jika diminta, Jeonghan bahkan mampu memberikan nyawanya untuk Seungcheol.

Tangan Jeonghan yang sedang mengelus kepala Seungcheol terhenti dan kemudian mengecup helaian rambut Seungcheol. Saat merasakan kecupan itu, pelukan Seungcheol semakin mengerat.

Entah kerasukan apa Seungcheol menggigit bahu Jeonghan dan menimbulkan ringisan sakit dari pemuda itu.

"Kau ini kenapa?" Sinis Jeonghan sambil menjauhkan kepala Seungcheol darinya lagi. Tentu saja Seungcheol tidak akan menyingkirkan tangannya dari Jeonghan.

"Pergi sana!" Seru Jeonghan. Tangannya mendorong Seungcheol lagi dan pria itu malah mencium tangan Jeonghan.

"Istri, hehehe." Seungcheol menciumi wajah Jeonghan.

Posisi Seungcheol berpindah menjadi di atas Jeonghan. Kedua tangan berotot pria itu bertumpu di samping tubuh Jeonghan yang terbaring. Mata Seungcheol mengunci kedua mata Jeonghan juga. Mereka saling menatap untuk beberapa waktu.

"Istri..." Gumam Seungcheol sangat dalam.

Alis Jeonghan terangkat sebagai respon.

Seungcheol mendekatkan kepalanya ke Jeonghan hingga kening keduanya saling menempel. Nafas Jeonghan dan Seungcheol saling bertubrukan. Tanpa menunggu lama, Seungcheol mencuri sebuah kecupan singkat dari bibir sang pujaan hati.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang