Jeonghan menarik rumput yang luput dari perhatiannya kemarin dengan kasar. Pemuda itu melemparnya sembarangan dan memasang wajah kusut. Dia berdiri dan meraih sebatang kayu dan juga batu. Dia sedang kesal saat ini. Matanya memandang sinis ke arah Seungcheol dan yang lainnya yang sedang bekerja.
Sialan, apa mereka mengejek dirinya dengan memamerkan otot-otot itu?
Jeonghan berjongkok sembari mengorek tanah menggunakan kayunya. Meski sedang kesal, dia tetap melakukan pekerjaannya sepenuh hati. Saat ini ia sedang menyiapkan lahan untuk menanam cabai, besok ia akan melanjutkan menyiapkan lahan untuk tanaman yang lain.
Seungcheol tidak memperbolehkan dia untuk ikut membantu Seokmin dan yang lainnya. Dengan alasan, nanti dia terluka, nanti berkeringat, nanti kelelahan, nanti tertimpa batu, nanti kotor, nanti rambutnya rusak, nanti mati sekalian.
Jeonghan tidak terima. Baru kemarin ia berdebat dengan Seungcheol, hari ini pria itu juga sudah membuatnya kesal. Jika bukan karena malu kepada Seokmin dan yang lainnya, Jeonghan pasti akan tetap memaksa ikut membantu. Dan lagi, Seokmin dan Junseo setuju bahwa ia tidak boleh ikut membantu. Sepertinya mereka menganggap Jeonghan ini begitu lemah. Awas saja nanti, Jeonghan akan membuktikan bahwa dirinya kuat.
Tetapi tak lama, Jeonghan meringis sedih dan iri ketika Seungcheol membuka pakaiannya. Jeonghan menangis dengki ketika melihat otot perut yang tersusun rapi itu. Dia memang tidak bisa dibandingkan dengan Seungcheol.
Jeonghan membuang wajahnya dan melanjutkan kegiatannya. Sebenarnya untuk menanam cabai, dibutuhkan lahan yang harus sudah diberik pupuk kompos sebelumnya. Pembibitan tanaman ini juga harus dilakukan secara terpisah. Bibitnya harus disemai terlebih dahulu dan sekitar satu bulan kemudian baru bisa dipindahkan ke lahan tanam. Jeonghan sudah melakukan penyemaian beberapa hari yang lalu. Maka dari itu dia saat ini sedang mempersiapkan lahan untuk tanaman itu.
Sebenarnya jika dipikir-pikir, memang lebih baik dirinya tidak ikut membantu Seokmin agar ia bisa menanam bibit-bibit tanaman miliknya. Tetapi tetap saja Jeonghan kesal. Dia bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Seungcheol dan yang lainnya. Pemuda itu terus menyiapkan lahan tanamnya tanpa memperdulikan Seungcheol. Bahkan ketika pria itu sudah berdiri dibelakangnya.
“Tidak istirahat?” Tanya Seungcheol pada Jeonghan yang berjongkok membelakanginya.
Jeonghan berjalan jongkok tanpa berdiri dan menjauh dari Seungcheol. Dia masih kesal dan dia janji tidak akan mudah luluh pada Seungcheol.
Melihat Jeonghan yang tidak menjawabnya dan malah bergerak menjauh, Seungcheol terdiam.
“Kau marah kepadaku?”
Bukannya menjawab pertanyaan Seungcheol, Jeonghan malah mengorek tanah didepannya secara brutal, hingga membuat Seungcheol merasa bersalah.
Pria itu berjalan pergi meninggalkan Jeonghan. Melihat Seungcheol yang sama sekali tidak membujuknya, Jeonghan menjadi semakin kesal. Dia membuang wajahnya dan mendecih tidak suka.
Sedangkan Seokmin dan yang lainnya hanya bisa menonton bagaimana Jeonghan yang membelakangi Seungcheol dan Seungcheol yang pergi menjauh entah kemana. Biasa, perkara dalam rumah tangga.
Tidak ada yang berani mengajak Jeonghan bicara karena dilihat dari gerakan pemuda itu yang begitu brutal, dia sedang marah. Dan Seokmin tentu saja tidak mau repot-repot ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Tidak peduli itu temannya atau bukan. Biarkan saja dia menyelesaikan masalahnya sendiri.
Jeonghan marah dan memaki dalam hati. Bibirnya ia kerucutkan dan tanah dibawahnya menjadi pelampiasan. Tetapi lama kelamaan, dia mulai khawatir karena Seungcheol tak kunjung kembali. Apa dia terlalu kekanak-kanakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...