Genggaman tangan Jeonghan mengerat terhadap cangkir ditangannya. Rambut panjangnya yang indah menjuntai panjang di garis pinggangnya. Bibi Han sedang menyisir rambut pemuda itu dengan lembut. Di depan Jeonghan adalah pemandangan aliran sungai kecil dan beragam tanaman hias serta buah di sepanjang alirannya. Matanya menatap seberang sungai yang telah ia ubah menjadi kebun buah.
Ada bermacam buah yang Jeonghan tanam. Mulai dari buah murah hingga buah mahal. Hampir seluruh wilayah pegunungan ini telah menjadi milik Jeonghan dan besok adalah hari dimana Jeonghan akan melegalkan hak tanah ini semua.
Angin musim gugur berhembus membelai wajah indah miliknya. Melihat bibir Tuan-nya yang agak pucat, Bibi Han bergerak cepat untuk menyampirkan mantel dengan bulu hewan di lehernya. Jeonghan sama sekali tidak bergerak ketika Bibi Han melakukannya. Para pekerjanya semua sedang berada di kebun, selain yang ia tugaskan di pasar. Semuanya terlihat damai dan tentram.
Setelah Jeonghan memimpikan Jeonghan yang asli beberapa hari lalu, pemuda itu tidak datang lagi dalam mimpinya. Hanya sekali itu saja. Jeonghan seperti dipermainkan. Emosinya terombang-ambing dengan kemunculan Jeonghan yang asli.
Rambut panjang milik Jeonghan diatur sedemikian rupa oleh Bibi Han dan sebagai sentuhan akhir, wanita itu menusukkan sebuah tusuk rambut sederhana namun mewah. Desainnya begitu simpel dengan batang emas dan dua buah berlian yang menggantung di ujungnya.
Tusuk rambut ini adalah hadiah dari Seungcheol untuknya dan sadar tidak sadar, Jeonghan selalu mengenakan semua hadiah yang diberikan Seungcheol kepadanya. Berbicara tentang pria itu, manik Jeonghan terpaku pada Seungcheol yang kini berjalan menghampirinya bersama dengan Bora tentu saja.
“Saya undur diri, Tuan.” Ujar Bibi Han ketika Seungcheol sudah dekat.
Bora dengan antusias langsung menempelkan tubuhnya di kaki milik Jeonghan dan jari-jari lentik pemuda itu membelai kepala Bora dengan lembut.
“Udara dingin.” Gumam Seungcheol pelan saat melihat Jeonghan ditutupi oleh mantel berwarna putih.
“Aku tahu. Aku hanya ingin bersantai sebentar.” Jeonghan memberikan beberapa cemilan kecil kepada Bora dan hewan itu memakannya dengan senang.
Seungcheol tidak menjawab tetapi meletakkan keranjang berisi buah stroberi liar didepan Jeonghan. Pemuda itu terkekeh kecil ketika melihatnya. Dasar pria romantis.
“Jika aku pergi jauh sekali, apa yang akan kau lakukan?” tanya Jeonghan tiba-tiba hingga membuat Seungcheol mematung.
“… Aku akan menunggumu hingga kembali.” Jawab Seungcheol dengan mata yang terpaku pada wajah mulus Jeonghan.
“Jika aku tidak kembali?”
“Aku akan mencarimu hingga ketemu.”
Sebuah senyuman kecil terbentuk di sudut bibir Jeonghan, “Jika aku tidak mau kembali denganmu?”
Kali ini Seungcheol terdiam. Kenapa Jeonghan tiba-tiba menanyakan hal semacam ini? Apa maksudnya dia tidak mau kembali dengan Seungcheol?
“Aku… Aku akan menangis.” Cicit Seungcheol pelan sembari menurunkan pandangannya.
Jeonghan melongo mendengar jawaban Seungcheol.
“Hahahaha! Memangnya kau anak kecil? Astaga apa kau tidak malu pada tubuh berototmu itu?” Jeonghan memegang perutnya yang terasa sakit sekali. Sialan selera humornya begitu rendah.
Sungguh Jeonghan tidak bisa membayangkan wajah Seungcheol yang minim ekspresi menangis seperti bayi.
Sementara Jeonghan berusaha untuk berhenti tertawa, Seungcheol hanya memandangi dirinya dalam. Tentu saja jika Jeonghan tidak mau kembali padanya dia akan menangis. Memangnya apa lagi yang bisa dia lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...