Jeonghan tidak tahu mengapa, tapi ia merasa sangat gelisah belakangan ini. Dia ingin segera melihat kiosnya yang berada di ibu kota, rasanya sangat tidak nyaman baginya hanya berdiam diri dan menerima perlakuan menyenangkan Seungcheol padanya.
Dia terlihat melamun ketika makan malam dan hal itu sama sekali tidak luput dari pandangan Seungcheol yang sedang menuangkan sup ayam ke dalam mangkuk kecil untuk diberikan kepada Jeonghan.
“Ada apa?” tanya Seungcheol pada akhirnya sambil menyodorkan mangkuk kecil berisi sup ke depan Jeonghan yang termenung.
Bola mata Jeonghan bergerak ke arah Seungcheol, “Aku ingin ke kios.”
Mendengar hal itu, Seungcheol menggeleng cepat, “Masih musim dingin. Kau akan sakit.”
Jeonghan cemberut ketika mendengar hal itu, dia mengalihkan wajahnya dari Seungcheol sambil menggerutu.
“Hanya melihat saja tidak boleh. Pelit.” Gumam Jeonghan pelan saat akan meminum supnya.
Tentu saja Seungcheol mendengar gerutuan itu, dia hanya tersenyum tipis dan memakan makanannya.
Tetapi tentu saja, bukan Jeonghan namanya jika ia tidak membangkang dan memberontak. Dia berdebat dengan Seungcheol sampai pria itu memijat kepalanya pusing. Karena Jeonghan mengancam akan melarikan diri dari rumah jika Seungcheol tidak mengijinkannya melihat kios.
“Salju masih turun, lagipula apa yang akan kau lihat disana?” Tanya Seungcheol pelan kepada Jeonghan yang merengut.
“Aku tidak peduli! Jika kau tidak mau, aku akan pergi sendiri, aku akan mengajak Bora bila perlu!” Jeonghan memasang wajah sengit yang terlihat lucu di mata Seungcheol.
Lihat ini, siapa dulu yang bersikeras tidak mau memelihara Bora? Sekarang Jeonghan malah ingin mengajaknya berkeliaran di pasar, padahal dulu ia memarahi Seungcheol karena ingin mengajak hewan itu keluar dari rumah.
“Kita bisa melihatnya ketika musim semi nanti.” Seungcheol masih tetap kepada pendiriannya.
Jeonghan menghentakkan kakinya yang dibalut kaos kaki tebal ke lantai yang di lapisi karpet dari bulu binatang. “Aku tidak mau musim semi, aku mau sekarang!”
Seungcheol hampir tertawa. Jeonghan terlihat seperti kelinci yang marah. Di tambah dengan pipinya yang hampir jatuh, dia semakin menggemaskan di mata Seungcheol.
“Kita akan pergi saat musim semi tiba.” Putus Seungcheol pada akhirnya. Dia tidak mau mengambil resiko, Jeonghan baru saja pulih. Seungcheol berjuang keras untuk memenuhi makanan bergizi bagi pemuda itu. Dia tidak ingin merasakan sensasi tubuh Jeonghan berubah dingin di tangannya lagi.
Tentu saja Jeonghan tidak akan mengalah. “Hanya melihat saja, oke? Aku akan tetap di kereta dan memakai mantel tebal. Kau boleh memelukku setiap saat, aku hanya ingin melihat saja. Dari jauh juga tidak apa-apa.”
Bujukan seperti ini bisa membuat Seungcheol hampir mati. Karena saat ini Jeonghan bergelayut manja di lengannya dengan mata membola besar. Rupanya tidak hanya Jeonghan yang marah menakutkan bagi Seungcheol, Jeonghan yang seperti ini lebih menakutkan baginya. Karena saat ini Seungcheol ingin membawa tubuh pemuda itu di lengannya dan melemparkannya ke tempat tidur. Akan tetapi, Seungcheol sudah berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu pada Jeonghan sebelum dia pulih seutuhnya dan Jeonghan menginginkannya juga.
Seungcheol terlihat berpikir, haruskah ia menyetujui hal ini? Tawaran boleh memeluk Jeonghan setiap saat sangat menggiurkan, lagi pula hanya melihat dari jauh saja bukan?
“Baiklah. Hanya sebentar saja.” Seungcheol pada akhirnya menyerah.
Mata Jeonghan berbinar bahagia, dia melepaskan pelukannya dari lengan Seungcheol kemudian memakan makanannya dengan gembira. Pemuda itu tersenyum dengan pipi menggembung penuh dengan makanan. Sebuah senyum simpul terlukis di bibir Seungcheol saat melihatnya. Seungcheol akan melakukan apapun agar Jeonghan bahagia seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...