58. Menuju kebahagiaan abadi

3.2K 339 43
                                    

Ke-esokan harinya, Seungcheol dan Jeonghan pergi berdua ke gunung bersama dengan Bora. Suasana gunung di pagi hari sangat menyenangkan. Daun-daun tumbuhan dan pohon terlihat masih basah oleh embun pagi. Cahaya matahari menyusup di antara dedaunan pohon besar. Burung-burung terdengar berkicau dan banyak kuncup bunga yang belum mekar.

"Istri kuat berjalan?" Tanya Seungcheol sambil membawa keranjang lumayan besar di punggungnya.

Jeonghan tidak membawa apa-apa. Dia berjalan di depan bersama dengan Bora yang terlihat antusias.

"Iya, aku kuat." Jawab Jeonghan sembari menyingkirkan daun-daun dan ranting yang menghalangi jalannya.

Ada beberapa buah liar yang didapat oleh Jeonghan. Dia memetiknya dengan semangat dan menyimpannya di pakaian miliknya. Kebanyakan dari buah-buah itu memiliki rasa asam atau tawar. Tetapi Jeonghan tetap mengumpulkan buah-buah itu.

Seungcheol menatap sosok Jeonghan dari belakang sendu. Dia ingin melihat sosok Jeonghan yang seperti ini terus. Bahagia, tersenyum dan tidak merasakan kesakitan.

Keranjang di punggung Seungcheol diturunkan ke tanah. Dia meraih parang dari dalam keranjang.

Dia melihat Bora yang setia ada di samping Jeonghan. Ekor hewan itu bergerak kesana kemari dan sesekali meminta buah yang ada di baju Jeonghan.

"Aku akan berburu sebentar, Istri tunggulah disini bersama Bora." Kata Seungcheol sambil menyisipkan rambut panjang Jeonghan ke daun telinga.

"Hmm, jangan lama-lama." Jeonghan memberikan buah lain kepada Bora yang terlihat sangat senang.

"Baiklah, sayangku."

Sebelum Jeonghan dapat protes akan panggilan Seungcheol, pria itu sudah terlebih dahulu menghilang di balik pepohonan. Kepala Jeonghan menggeleng dan dia kembali sibuk dengan buah-buah liarnya.

Langkah Jeonghan masuk semakin dalam ke hutan. Di belakangnya Bora mengikuti. Jeonghan meninggalkan tanda-tanda sederhana dengan menggores batang pohon. Agar dia tidak tersesat nantinya.

Beberapa tanaman menarik perhatian Jeonghan akan tetapi ia tetap berhati-hati dan tidak menyentuhnya sembarangan. Ketika dia sudah kelelahan, Jeonghan akan duduk di bawah pohon rindang. Bora akan menyusulnya dan keduanya akan memakan buah-buah liar bersama.

Jeonghan berdiri dan berniat untuk kembali pulang. Akan tetapi seperti ada yang menariknya agar masuk ke dalam hutan lebih dalam. Seketika pemuda cantik itu merinding, sepertinya dia harus segera kembali. Dia berjalan terlalu jauh.

Ketika Jeonghan hendak kembali, Bora tiba-tiba berdiri di depannya dengan pose melindungi. Tubuh besar serigala itu hampir melingkari Jeonghan. Saat melihat itu, Jeonghan berdiri kaku di tempatnya. Jika Bora sudah seperti ini berarti ada bahaya yang mendekat.

Bora menggeram ke arah semak lebat di depannya. Gigi-gigi tajamnya menampakkan diri. Selama ini Bora tidak pernah terlihat semenakutkan ini. Jeonghan cemas. Dia ingin lari dari sini, tapi dia takut karena kepanikannya, dia malah akan masuk semakin dalam ke hutan.

Semak lebat itu begerak dan itu membuat geraman Bora semakin dalam dan terdengar menakutkan. Kedua tangan Jeonghan meremat pakaiannya.

Di tengah ketakutan Jeonghan, seekor serigala berbulu putih keluar dari semak itu. Ekornya panjang dan sangat cantik, matanya berwarna biru dengan sorot dingin. Jika musim dingin adalah hewan, maka serigala ini sangat cocok untuk menggambarkannya.

Jeonghan terdiam kaku di tempatnya berdiri. Hewan ini seperti tidak nyata. Bora menundukkan kepalanya dan bergerak mendekati Jeonghan. Suara sedih keluar dari hewan besar itu.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang