“Tuan…”
Bibi Han segera menghampiri Jeonghan yang sedang memasak. Wanita itu tergopoh-gopoh sembari mengangkat pakaiannya.
“Biar saya saja yang melakukannya. Tuan tidur saja lagi.” Bibi Han hendak meraih tempat Jeonghan didepan perapian.
Tanpa mengalihkan pandangannya, Jeonghan menjawab, “Tidak apa-apa, Bibi. Aku hanya memasak untuk Seungcheol saja.”
Mendengar kata-kata Jeonghan, Bibi Han tertegun, lalu kemudian berseru, “Apakah Tuan Seungcheol tidak suka masakan saya, Tuan? Saya bisa memasak sesuai dengan keinginan Tuan Seungcheol!”
“Bukan begitu.” Jeonghan berdiri untuk meletakkan sup daging dengan kimchi di atas meja kecil. “Dia hanya tidak terbiasa memakan masakan orang lain.”
“Saya mengerti, Tuan.” Kata Bibi Han patuh. Wanita itu menunduk ketika Jeonghan melewatinya dan keluar dari dapur.
Bibi Han memperhatikan pundak sempit milik Jeonghan. Seberapa banyak beban yang ditanggung punggung rapuh itu?
Bibi Han sudah lama memperhatikan Seungcheol dan Jeonghan, bahkan sejak mereka berjualan pertama kalinya. Saat itu, dirinya masih bekerja sebagai buruh angkat barang. Jeonghan terlihat begitu ramah ketika berdagang, sering memberikan bonus juga bagi pelanggannya. Tidak heran, semua orang dipasar menyayangi dirinya. Tapi sepertinya, terlalu gegabah jika menyebut semua, karena ada beberapa yang membencinya.
Dimata Bibi Han, Jeonghan adalah seorang pekerja keras, tekun dan disiplin. Apalagi setelah tinggal bersama, Bibi Han senantiasa dibuat kagum oleh kemampuan Jeonghan yang serba bisa. Dia tidak pernah bangun lewat dari pukul tiga pagi dan akan pergi untuk menyirami tanamannya. Lalu Seungcheol yang memanen dan menyiapkan dagangan. Keduanya bekerja begitu keras. Tidak heran bisnis mereka berkembang dengan pesat.
Tetapi entah kenapa, dimata orang tua seperti Bibi Han, punggung Jeonghan terlihat akan runtuh kapan saja.
••||••
“Aku sudah menyiapkan makanan di meja.” Kata Jeonghan pada Seungcheol yang tengah menaikkan barang dagangan ke atas kereta.Pria itu menghentikan kegiatannya untuk melihat Jeonghan yang menulis sesuatu di buku kecilnya. “Tidak usah begitu, aku bisa makan masakan Bibi Han.”
“Kau ini banyak bicara. Jika sudah kumasak, ya makan saja dengan tenang.” Jeonghan menunjuk wajah Seungcheol dengan bulu hewan ditangannya.
“Nanti kau terlalu kelelahan.” Ujar Seungcheol sambil memandang sendu pada Jeonghan.
“Tenang saja, ada ini.” Tangan Jeonghan menepuk kendi berukuran sedang di dalam kereta. Kendi itu berisi air ajaib.
Seungcheol tidak menjawab, tetapi dia hanya memandangi wajah Jeonghan cukup lama sebelum kembali bekerja.
“Aku mau dimasakkan juga.”
“HIH!” Jeonghan memukul pundak Gwanghyun yang tiba-tiba muncul disampingnya.
“Seperti hantu saja. Kau mau dimasak?” tanya Jeonghan sambil tersenyum lebar.
Ketika melihat itu, Gwanghyun agak merinding lalu kemudian menggeleng. Ketika melihat Gwanghyun, sebuah ide melintas di kepala Jeonghan.
“Kau ingin ikut ke pasar bersamaku?” Tanya Jeonghan sambil tersenyum pada pria pucat itu.
Gwanghyun berkedip-kedip beberapa kali, kemudian menggeleng, “Aku tidak bisa berjualan.”
“Bukan untuk berjualan. Saat ini kau masih menganggur, kan?”
Gwanghyun mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanficYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...