Seungcheol berdiri memandangi punggung Jeonghan. Semenjak kedatangan Jisoo tadi sore, pemuda itu terduduk diam di dalam kamarnya. Bahkan ketika makan malam tadi, ia tidak banyak bicara. Padahal biasanya Jeonghan akan sangat cerewet. Dia terlihat banyak merenung dan Seungcheol sama sekali tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan pada kondisi saat ini, jadi dia mengikuti Jeonghan ke kamarnya dan berdiam diri memandanginya dari belakang.
Pada akhirnya dia berjalan menuju Jeonghan yang sedang duduk dengan pandangan yang rumit. Pria itu duduk dibelakang Jeonghan, matanya bergerak untuk melihat punggung pemuda yang sudah terikat pernikahan dengannya itu.
“Istri?” panggil Seungcheol pelan sambil berusaha melihat wajah Jeonghan.
Bola mata Jeonghan bergerak pelan untuk melihat Seungcheol yang tampak khawatir. Dia menghela nafas panjang sekali hingga membuat Seungcheol semakin khawatir. Jeonghan sedari tadi berkutat dengan pikirannya.
Yoon Jisoo. Jeonghan ingat pernah melihat pemuda itu ketika ia pergi ke rumah Yoon di waktu yang lalu. Pemuda yang menyembunyikan wajahnya dibalik kipas. Mata itu menyorot datar padanya saat itu. Dia benar-benar tidak menyangka jika Jisoo adalah saudara kembar Jeonghan yang asli.
Keadaan seperti ini tidak pernah terpikirkan sedikitpun oleh Jeonghan. Saat Jeonghan yang asli mendatanginya lewat mimpi, dia sudah memutuskan untuk memotong hubungan Jeonghan yang asli dengan dirinya sendiri. Karena bagaimanapun, Jeonghan yang dulu dengan Jeonghan yang sekarang adalah dua jiwa yang sangat berbeda. Apalagi mendengar sekilas dari Jeonghan yang asli dan Seungcheol, kisah keluarga ini juga tidak bisa disebut harmonis. Jadi ia pikir, datang ke rumah keluarga Yoon dan menciptakan drama picisan itu akan membuat segala hubungan antara keluarga Yoon dan dirinya terputus.
Baik Seungcheol maupun Jeonghan yang asli tidak pernah memberitahunya mengenai Yoon Jisoo ini. Jadi jujur saja, saat ini Jeonghan sangat bingung dan terombang-ambing.
“Apa istri sakit?” tanya Seungcheol lagi. Karena Jeonghan hanya memandanginya.
“Hah…” Helaan nafas panjang terdengar di dalam kamar pemuda berambut panjang itu.
Jeonghan memegangi kepalanya. Lalu menatap Seungcheol serius. “Aku pernah bilang, karena terjatuh di sungai, kepalaku jadi sakit dan lupa beberapa hal, kan?”
Seungcheol mengangguk.
“Dan sepertinya aku tidak aku tidak bisa mengingat siapa Yoon Jisoo ini.” Untuk memperkuat kepura-puraan nya, Jeonghan memegangi kepalanya dan menatap sendu pada lantai kayu dibawahnya.
Seungcheol tidak segera menjawab, dia memandangi Jeonghan begitu dalam. Bagaimana dia mengatakannya. Mungkin selama ini Jeonghan mengira dirinya tidak tahu, tetapi Seungcheol tahu betul sejak lama jika Jeonghan yang ada dihadapannya saat ini, bukanlah Jeonghan yang menjadi Tuannya selama hampir dua puluh tahun. Seungcheol itu terlalu mengenal Jeonghan, jadi dia langsung sadar akan perubahan seratus delapan puluh derajat pemuda itu.
Meskipun begitu, Seungcheol tetap berada disisi Jeonghan yang berbeda ini. Karena Seungcheol itu haus kasih sayang dan perhatian. Dia memang mencintai Tuannya, Yoon Jeonghan sejak dia mulai bisa mendengar dan berbicara.
Tetapi rasa cintanya hanyalah terbatas antara langit dan bumi. Dalam artian, Seungcheol hanya menganggap Jeonghan sebagai seseorang yang harus dihormati dan dilindungi. Karena bagaimanapun, hidup Seungcheol sudah dibeli oleh keluarga Yoon dan dia sepatutnya mengabdikan hidupnya sebagai alas kaki Jeonghan. Dirinya diciptakan untuk menjadi tameng Tuan muda itu, untuk selalu menunduk ke bawah. Dan Seungcheol menyadari tujuan dirinya hidup hanyalah untuk melayani Jeonghan sebagai budak.
Lalu sejak Jeonghan terjatuh dan tenggelam di sungai, pemuda itu menunjukkan bahwa ternyata dirinya bukanlah alas kaki, maupun tameng siapapun. Bahwasanya dirinya adalah manusia, dia ber hak hidup dan berbahagia. Akan ada yang khawatir ketika dia terluka. Seungcheol belajar bahwa ternyata ia tidak diciptakan untuk terluka demi Tuan mudanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...