3. Menebang pohon

5.3K 473 9
                                    

Pagi telah tiba dan Jeonghan bangun dengan keadaan sendiri. Seungcheol telah pergi entah kemana dan meninggalkannya sendiri. Jeonghan merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku karena berbaring dengan posisi yang sama sepanjang malam. Seingatnya.

Dia tidak tahu saja dia tertidur seperti cacing kepanasan. Bahkan kadang, kakinya menyentuh mulut Seungcheol yang terpaksa terbangun karena terganggu.

Rambut panjang Jeonghan berantakan dan ia mulai menggulung rambutnya agar tidak mengganggu. Seperti sebelumnya, Jeonghan melipat kembali selimut lusuhnya dan bersiap keluar. Dia kembali terpana akan kedua kaki cantiknya. Agak lama Jeonghan memperhatikan bagaimana kaki kurus yang nampak seperti kaki wanita itu bersentuhan dengan lantai tanah gubuk ilalangnya. Puas memandangi kakinya, Jeonghan hendak membersihkan tubuh, tetapi ketika mengingat bahwa ia harus pergi ke sungai untuk melakukannya, dia mengurungkan niatnya. Dia memutuskan untuk menunggu Seungcheol kembali saja.

Sembari menunggu Seungcheol, Jeonghan berjalan di sekeliling gubuk ilalang. Matanya menelisik belakang gubuk yang digunakan oleh Seungcheol memasak. Dia memperhatikan banyak pepohonan di sekitar situ. Beberapa pohon ini bahkan merupakan bahan bangunan yang mahal dan berkualitas tinggi. Jika saja Jeonghan menemukan pohon ini dimasanya dulu, dapat ia pastikan dia akan menjadi kaya raya dalam sekejap. Jeonghan melihat beberapa jamur berwarna putih. Jamur-jamur liar yang mulai berguguran. Ada beberapa kuncup jamur yang baru terlihat sedikit.

Lahan di bagian belakang gubuk ini cukup luas. Hanya saja ditutupi oleh tanaman rambat dan semak-semak berduri. Ada rumput-rumput kecil dan ada beberapa buah tanaman liar juga. Jeonghan meraih buah-buah kecil berwarna biru tua itu dan memakannya. Tidak memiliki rasa yang kuat, rasanya hampir tawar dan memiliki banyak biji-biji kecil berwarna cokelat.

Sembari memakan buah liar yang tadi ia temukan, Jeonghan berjalan menuju ke depan gubuk. Tanah di depan gubuk dipenuhi oleh pohon-pohon. Ada yang kecil dan ada juga yang besar dan tinggi. Dibawah pohon-pohon dipenuhi oleh rumput dan semak belukar juga. Hampir tidak mungkin untuk dilewati.

Jeonghan memperhatikan sekelilingnya lalu mengambil sebuah batu seukuran genggaman tangan dengan permukaan tidak beraturan yang tajam. Jeonghan memantapkan langkahnya lalu memasuki hutan kecil di depannya.

"Aduh!"

Jeonghan tertarik kembali ke belakang karena rambut panjangnya tersangkut di salah satu ranting pohon. Pria itu melepaskan rambutnya yang kini berantakan dan kulit kepalanya sakit. Dia menatap ranting pohon itu kesal sebelum memukulnya.

Dia lalu kembali berjalan ke depan. Jeonghan ingin tau apa yang ada di ujung hutan kecil ini. Sembari memasuki hutan itu, Jeonghan menggores batang pohon-pohon yang ia lewati. Agar nanti ia tidak tersesat. Langkahnya kadang terhenti karena banyak tumbuhan berduri. Jeonghan memperhatikan sekelilingnya yang tidak terlalu rimbun. Pohon tidak terlalu banyak, tetapi semak dan rumput memenuhi tanah. Pakaian putih Jeonghan tidak sebersih kemarin lagi. Kain putih itu telah robek dan kotor oleh tanah dan getah-getah tanaman. Bahkan hewan-hewan kecil seperti ulat, kumbang dan semut menghinggapi tubuhnya.

Belum lagi nyamuk-nyamuk yang besar hinggap di kulit putih bersihnya. Dengan wajah kesal, Jeonghan membunuh salah satu nyamuk yang menghinggapi lehernya. Melihat ukuran hewan itu, Jeonghan bergidik ngeri. Jika ia tetap dihinggapi nyamuk-nyamuk sebesar ini, mungkin dia akan mati kehabisan darah.

Cukup lama waktu yang dibutuhkan oleh Jeonghan untuk dapat sampai ke ujung hutan ini. Sebenarnya hutan ini tidak terlalu besar tetapi jalurnya yang sulit karena banyaknya semak berduri.

Akhirnya Jeonghan sampai pada ujung hutan, dia terlihat menyedihkan dengan rambut berantakan dan pakaian putihnya yang robek disana-sini juga dipenuhi noda. Pria itu bernapas lega setelah bertemu lahan datar di hadapannya. Dasarnya bersih dari rumput dan Jeonghan tebak ini adalah jalan.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang