28. Jika itu kau, tidak apa.

3K 353 30
                                    

Jeonghan bangun dengan rasa sakit yang teramat menghantam kepalanya. Desis rasa sakit keluar dari mulutnya ketika ia mencoba bangkit dari tidurnya. Setelah menetralkan rasa sakit di kepalanya, Jeonghan memandang lurus ke dinding kamarnya.

Dia ingat tadi malam, dia dan pekerjanya membuat acara perayaan kecil-kecilan dan Jeonghan sangat senang akan hal itu. Karena akhirnya dia bisa merasakan alkohol juga dan kini dia tidak meminumnya sendiri.

Jeonghan terdiam cukup lama untuk mengumpulkan nyawanya yang saat ini sedang melayang tidak terkendali. Setelah beberapa menit, dia mulai melihat sekitarnya dan melihat pakaiannya yang telah berganti. Sepertinya Seungcheol yang menggantikannya. Membayangkan tubuhnya telanjang di hadapan Seungcheol membuat Jeonghan menepuk jidatnya malu. Dia tidak mau mabuk lagi.

Jeonghan tidak mengingat bahwa dirinya hampir membuat Seungcheol hilang kendali. Dia tidak ingat juga bahwa dirinya sudah merangkak ke pangkuan pria itu.

“Tuan,” Panggil Bibi Han kepada Jeonghan.

Bibi Han memasuki kamar Jeonghan dengan sebuah nampan di tangannya. Wanita itu meletakkannya di meja dan duduk di samping Jeonghan yang masih terduduk di atas tempat tidurnya.

“Makanlah ini, Tuan. Agar rasa mualnya berkurang.” Semangkok sup hangat berada di tangan Bibi Han.

Dihadapan Bibi Han, Jeonghan memasang wajah memelas. Tubuhnya otomatis menjadi manja dan dengan sukarela menerima suapan yang Bibi Han berikan. Bibi Han tersenyum samar ketika Jeonghan memakan sup yang ia buat dengan perlahan. Tuannya ini selalu menunjukkan dirinya yang kuat, tetapi kini dia seperti anak kecil yang sedang bermanja-manja.

“Dimana Seungcheol, Bi?” Tanya Jeonghan ketika dia telah menghabiskan makanan yang Bibi Han beri.

“Tuan Seungcheol masih beristirahat di kamarnya, Tuan.” Jawab Bibi Han sambil menyisihkan mangkok sup.

“Benarkah? Sudah pukul berapa ini?” Jeonghan memiringkan kepalanya. Tidak biasanya Seungcheol bangun begitu lama.

“Sudah hampir tengah hari, Tuan. Tuan Seungcheol terlalu mabuk. Dia bahkan muntah terus menerus.”

Jeonghan melotot ketika mendengar kata-kata Bibi Han. Apakah separah itu? Seingatnya, dia hanya memberikan segelas kecil Soju saja pada pria itu. Sepertinya toleransi Seungcheol memang kelewat rendah akan alkohol.

“Apa Bibi sudah memberikan sup ini juga untuknya?” Tanya Jeonghan sambil memijat kepalanya. Dia jadi merasa bersalah.

“Sudah Tuan. Tetapi sepertinya, Tuan Seungcheol tidak memiliki tenaga untuk sekedar mengangkat kepalanya.” Jelas Bibi Han sambil membereskan nampan yang dia bawa tadi.

Jeonghan menghela nafas. Seharusnya dia tidak memaksa Seungcheol meminum minuman beralkohol itu. Tetapi, dia benar-benar tidak menyangka jika keadaannya akan separah ini.

Akhirnya, Jeonghan bangkit dari posisinya dan berjalan menuju kamar Seungcheol. Dia tertegun ketika melihat pria yang berstatus sebagai suaminya itu terbaring dengan wajah pucat dan keringat dingin membasahi wajahnya. Jeonghan mengambil posisi duduk disamping Seungcheol yang langsung membuka matanya ketika merasakan kehadiran pemuda itu.

“Pusing…”

Mata Seungcheol menyorot sendu pada Jeonghan yang menyentuh keningnya.

Jeonghan tidak menjawab. Tetapi rasa bersalah menggerogoti dirinya. Dia menyeka keringat dingin yang membasahi kening Seungcheol dan pria itu menjatuhkan wajahnya di telapak tangan Jeonghan. Dia lalu menutup matanya setelah menyamankan pipinya di telapak tangan milik pasangannya itu.

Sebuah perasaan aneh melintas di hati Jeonghan ketika kening pria itu mengerut tidak nyaman. Kulit Seungcheol terasa dingin di telapak tangannya. Jeonghan diam dengan posisi tangannya yang masih menangkup pipi Seungcheol. Keningnya berkerut juga ketika detak jantungnya tiba-tiba bertambah cepat.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang