Pagi yang kesekian bersama dengan Seungcheol. Jeonghan menatap pemandangan bunga-bunga mekar di depannya. Tangannya yang sudah tidak muda lagi digenggam oleh tangan lain yang sama keriputnya.
Jeonghan sudah melewati hampir lima puluh tahun bersama dengan Seungcheol sebagai pasangannya. Dia sudah melewati kematian sebanyak dua kali hanya untuk bersama dengan Seungcheol.
Cinta mereka abadi dan tidak pernah berubah. Bahkan cinta dengan orang lain di sekitar mereka.
"Belakangan ini aku sering mengantuk." Ujar Jeonghan tiba-tiba.
Seungcheol yang berada di samping Jeonghan menatap sang pujaan hati, "Itu wajar. Kita sudah tidak muda lagi."
Sebuah senyuman sederhana terbentuk di bibir Jeonghan. "Kau benar."
Kemudian keduanya terdiam. Mereka sibuk dengan isi pikiran dan hati masing-masing. Jeonghan sudah menginjak usia hampir enam puluh lima tahun dan Seungcheol tujuh puluh tahun lebih. Jika dilihat dari perbedaan usia, harusnya Seungcheol lah yang lebih lemah, akan tetapi keadaan Jeonghan lebih parah.
Mungkin karena dia memang bukan dari dunia ini. Jadi, tubuh Jeonghan lebih lemah dari yang lainnya. Para pekerja mereka juga sudah tua, sehingga sangat sering mereka tidak bekerja. Mereka lebih sering istirahat di rumah masing-masing. Atau sekedar berjemur di bawah sinar matahari pagi.
Bibi Han telah meninggal dunia lima tahun yang lalu. Dia meninggal di usia delapan puluh tujuh tahun dengan damai di kediamannya. Para manusia sudah kehabisan masanya, kini saatnya untuk berganti generasi.
Salah satu keinginan Jeonghan adalah menjalani usia tua tanpa kekurangan apapun, dan ia sangat bahagia karena berhasil mencapai keinginan itu.
Kadang kala, ketika berdiam diri seperti ini bersama Seungcheol, Jeonghan akan sering teringat akan keping-keping masa lalu yang tampak agak buram. Dia sudah banyak lupa. Tetapi Seungcheol sangat jelas di dalam ingatannya.
Pada beberapa waktu, Jeonghan sering jatuh sakit hingga tak dapat bergerak dari atas tempat tidurnya. Tubuh rentanya sudah hampir kehabisan kekuatan. Dan Seungcheol akan menangis jika hal itu sudah terjadi. Tidak peduli setua apa usianya, pria itu akan selalu menangisi Jeonghan.
"Bagaimana jika aku pulang terlebih dahulu?" Tanya Jeonghan tiba-tiba kepada Seungcheol.
Bibir Seungcheol terkatup, dia menatap Jeonghan yang juga menatapnya. Keriput di sekitar matanya tampak jelas apalagi jika ia tersenyum seperti sekarang ini.
"Kau tega meninggalkanku?" Tanya Seungcheol balik dengan nada memelas. "Aku hanya punya dirimu."
Jeonghan terkekeh pelan hanya untuk diakhiri dengan batuk hebat yang menyakitkan. Seungcheol bangkit dari tempatnya dan mengelus punggung renta Jeonghan sambil menyodorkan secangkir air.
Nafasnya kadang tersendat. Jeonghan seharusnya sudah pulang sejak lama, tapi hatinya tidak ingin.
Pada akhirnya Jeonghan meninggal dunia di usianya yang ke enam puluh enam tahun di pelukan Seungcheol. Dia beristirahat dengan tenang dan dikuburkan di samping rumah utama.
Sepeninggal Jeonghan, Seungcheol berduka sangat dalam hingga dirinya menyusul Jeonghan tepat seminggu setelah pasangannya itu dikuburkan.
Keduanya dikuburkan secara berdampingan. Memberitahu dunia bahwa bahkan kematian tidak sanggup untuk memisahkan mereka.
••||••
"Kakak telah bahagia disana." Ujar Wonwoo membersihkan makam kedua orang terpenting di hidupnya itu.
Kini hanya dia bersama dengan Chan yang tertinggal dari semua pekerja. Bahkan Bora pun sudah pergi menyusul pemiliknya. Chan juga sudah renta. Mungkin hanya menunggu waktu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanficYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...