6. Ini Saatnya

461 331 536
                                    

Sebelum baca, ayoo vote dulu yuk hehehe

Sebelum baca, ayoo vote dulu yuk hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Irham Pangestu ~

***

Naura masih menangis. Ia pergi ke halte bus yang berada di dekat rumahnya.

"Gue benci sama Ayah. Ayah bohong sama gue selama ini. Gue malu mau ketemu orang-orang nanti. Ini semua gara-gara Ayah. Karena Ayah, gue diskors. Kenapa gue harus dilahirkan kayak gini?" kata Naura.

"Naura!!"

Irham datang menghampiri Naura. Ia duduk di sampingnya. "Raa, kok lo gak pulang ke rumah?"

Naura pun menangis. "Irham! Sebenarnya gue diskors. Gue malu sekolah di sana lagi. Harga diri gue hancur sekarang. Gue udah dicap anak haram, Ham!"

"Raa! Gak ada yang namanya anak haram. Semua anak terlahir suci," kata Irham memegang bahu Naura.

"Gue benci sama Ayah, Ham. Ayah bohong sama gue. Ayah bilang kasus itu gak benar tapi Ayah gak punya bukti, Ham," kata Naura.

Irham menggeleng cepat. "Raa, lo gak boleh benci sama Ayah lo."

Naura menatap Irham. Nada suaranya meninggi. "Lo gak ngerti, Ham apa yang gue rasain. Gue capek hidup kayak gini. Dari kecil, hidup gue menderita terus. Gue gak pernah bahagia."

"Gue ngerti kok tapi gak seharusnya lo ngomong kayak gitu, Raa. Ayah lo itu orangtua tunggal lo yang selama ini ngurusin lo," kata Irham.

Naura masih menangis. Ia melampiaskan kekesalannya lewat tangisannya. Irham pun merangkul Naura berusaha menenangkannya.

DRRT! DRRT! Handphone Naura bergetar. Ia melihat bahwa ada panggilan masuk dari Delia.

"Pasti Mbak Delia nyuruh gue balik ke rumah," kata Naura berniat ingin mematikan panggilan itu.

Irham merampas handphone Naura agar gadis itu tidak dapat mematikannya.

"Apa sih, Ham! Jangan diangkat!" omel Naura.

Irham menggeleng. "Gue yang ngomong! Gak baik diemin panggilan orang. Ini pasti penting."

Lalu Irham pun mengangkat panggilan itu. "Hallo?"

"Hallo ini siapa yaa? Temennya Naura kah?"

Irham mengangguk. "Ohh iyaa Mbak, aku temennya Naura."

"Boleh ngomong bentar sama Naura?"

Irham menyerahkan handphone Naura pada sang pemilik. "Nih Mbak Delia mau ngomong sama lo."

"Males ahh," ketus Naura.

"Ngomong aja dulu, Raa."

Naura berdecik kesal. Ia mengambil handphone itu lalu berkata, "Kenapa sih, Mbak?!"

2005 (Back To The Past) || kep1er & xikers [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang