Naura Dirandra (Kim Dayeon) merupakan seorang murid kelas 12 IPA 2 di SMA 15 Jakarta, dikenal sebagai murid yang jenius terlebih lagi kedua orangtuanya alumni sekolah yang sama dimana sang Mama terkenal karena selalu menempati peringkat satu berturu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ Aurelia Aurita ~
(Gambaran Mamanya Naura versi muda pas lagi di kantin)
***
"Ini yaa, aku cuman bisa beli otak-otak goreng aja. Maaf duit aku gak cukup." Aurel datang sambil membawa sepiring otak-otak goreng lalu meletakkannya di meja kantin.
"Yaa udah pokoknya lo jajanin gue apapun itu," kata Alvin langsung menyantap otak-otak goreng tersebut.
Aurel langsung meletakkan buku di hadapan Alvin. "Tapi sambil belajar yaa, okayy?"
"Makan dulu," bantah Alvin.
Nada Aurel meninggi. "Harus belajar!"
"Ett deh yaa. Iyaa deh tapi ajarin gue," pinta Alvin.
"Okayy. Coba aku lihat tugas Kimia kamu." Aurel mengambil buku Alvin lalu membukanya. "Yang kamu gak ngerti bagian mana?"
"Semuanya."
Aurel menoleh. "Hah?! Kamu gak ngerti sama sekali?"
Alvin menggeleng sambil memakan otak-otak goreng. "Pelajaran Kimia ngebosenin. Gak asik! Apalagi Bu Irma yang ngajarin."
"Ihh gak boleh kayak gitu." Aurel mulai mengeluarkan pensilnya. "Sini yaa aku jelasin." Lalu ia pun mulai menjelaskan pada laki-laki berambut coklat tersebut.
"Nah di sini kan ada soal tentang Titik Didih Larutan sama Naik Titik Didih dari 34,2 gram zat Q. Kan zat Q di sini tuh sama kayak massa Q yaitu 34,2 gram. Trus dilarutin air yang kenaikan Titik Didihnya itu 0,52 Celsius sedangkan titik didih air pelarutnya ini 100 derajat Celsius. Coba deh kamu hitung berapa celsius hasilnya?"
Alvin tidak dapat mencerna penjelasan Aurel. "Gak ngerti dah gue."
Aurel menghela napasnya kasar. "Kamu udah belajar rumus Molalitas kan?"
"Gak tau lupa."
"Kamu lupa atau gak tau?" tanya Aurel dengan nada dingin.
Alvin menyerah. "Mending daripada lo jelasin, lo kerjain aja deh punya gue."
Aurel menghela napasnya. "Okayy cuman sekali aja yaa?"
"Iyaa."
Aurel mengambil buku kimia milik Alvin. "Aku kerjain dulu bentar."
"Ubur-ubur gue harus nurut," kata Alvin sambil mengusap kepala Aurel.
Beberapa menit kemudian, Aurel telah menyelesaikan soal kimia itu. Ia menyerahkannya pada Alvin.
"Nah, udah selesai," seru Aurel.
"Bentar, ada lagi nih." Alvin menyerahkan buku sains tebal itu pada Aurel. "Kemarin pas banget buku jurnal gue ilang, Pak Iwan ngasih 500 soal sains yang harus gue kerjain sebelum UTS. Sebenernya juga sih karena nilai sains gue banyak yang rendah."