48. Pembullyan (Part 1)

93 64 68
                                    

Note : Bagian adegan Naura dan Irham diubah menjadi huruf miring ketika tubuh mereka sudah menjadi bayangan (dikarenakan perjalanan masa lalu mencapai 90%)

Selamat membaca yaa guys

(Gambaran Aurel, Mama Naura di masa muda yang dibully di sekolah pada tahun 2006)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambaran Aurel, Mama Naura di masa muda yang dibully di sekolah pada tahun 2006)

***

Seminggu kemudian setelah kejadian 18 Januari 2006 di SMA 15 Jakarta, Pak Robert selaku direktur Uniclever membiayai pernikahan yang akan dilakukan oleh Alvin dan Aurel itu. Mereka terpaksa melakukan ini karena keinginan dari para orang kaya itu untuk menutupi kasus hamil di luar nikah anak mereka.

Padahal pelaku sebenarnya adalah Dylan dan Julia.

Walau pada akhirnya Dylan dan Julia juga dinikahkan secara tertutup dan rahasia agar para murid sekolah tidak mengetahuinya. Sementara pernikahan Alvin dan Aurel harus diketahui semua orang sehingga citra mereka sebagai murid terbaik di SMA 15 Jakarta hancur. Bahkan mereka terpaksa menikah di bawah umur.

Pemakaman Mr. Jacob sehari sebelum pernikahan mereka telah dilaksanakan. Hal itu menimbulkan luka hati yang mendalam pada diri Aurel. Bagaimana tidak, kehilangan seorang Ayah merupakan luka terbesar yang dialami oleh semua orang termasuk Aurel. Setelah ia kehilangan ibunya ketika masih bayi, sekarang ia harus kehilangan ayahnya.

Hingga hari-hari berlalu, pernikahan itu telah selesai. Pada tanggal 25 Januari 2006, Alvin berada di Panti Asuhan Angel Luna sedang membereskan pakaiannya lalu memasukkannya ke koper. Saat ini ia bersiap untuk pergi ke Bandung sesuai dengan permintaan Pak Robert untuk diasingkan. Lebih tepatnya ia bersama Aurel harus tinggal di sana.

Alvin melihat piala dan piagam miliknya yang terpajang di lemari kamarnya. Lalu ia beralih memperhatikan cincin kawin yang ia gunakan di jari manisnya.

"Semuanya udah berakhir."

Tiba-tiba saja Bibi Luna menghampiri Alvin. "Anak Bibi yang kuat yaa. Maafin Bibi yaa, Bibi gak bisa bantu kamu. Pak Robert dan Pak Darwin itu sosok yang kuat."

Alvin mengangguk. Ia tersenyum simpul. "Gak apa-apa, Bi. Aku salah juga udah bermasalah sama Dylan sampe kayak begini."

"Nanti Bibi bakalan sering main kesana yaa. Kamu butuh apa bilang aja. Bibi bakalan bawain apa aja yang kamu minta. Kebutuhan kamu sama Aurel bakalan Bibi penuhin," ujar Bibi Luna.

"Makasih, Bi tawarannya tapi kayaknya aku bakalan coba cari kerja deh," kata Alvin mencoba untuk tersenyum walau ia langsung menundukkan kepalanya. "Tapi gak tau deh, apa mereka mau nerima aku yang gak lulus SMA."

Bibi Luna tersenyum. Ia mengelus kepala laki-laki yang sudah dianggap seperti anaknya itu. "Yaa udah kalau gitu. Kamu yang sabar yaa, Nak!"

Alvin mengangguk. Ia melanjutkan memasukkan baju miliknya ke dalam koper. Ia teringat sesuatu sehingga ia mengatakannya pada Bibi Luna, "Ohh iyaa, Bi sebelum ke Bandung, aku mau ke sekolah dulu."

2005 (Back To The Past) || kep1er & xikers [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang