Naura Dirandra (Kim Dayeon) merupakan seorang murid kelas 12 IPA 2 di SMA 15 Jakarta, dikenal sebagai murid yang jenius terlebih lagi kedua orangtuanya alumni sekolah yang sama dimana sang Mama terkenal karena selalu menempati peringkat satu berturu...
Note : Bagian adegan Naura dan Irham diubah menjadi huruf miring ketika tubuh mereka sudah menjadi bayangan (dikarenakan perjalanan masa lalu mencapai 90%)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Gambaran alat bantu dengar yang dipakai Ayahnya Naura setelah kejadian penyerangan 2017)
***
SET! SWISH!
Naura dan Irham merasakan angin yang berhembus kencang. Itu adalah efek kekuatan yang dikeluarkan dari R-40 menandakan mereka sedang teleportasi ke tempat yang lain.
Ternyata mereka tiba di kantor polisi. Naura melihat Alvin yang sudah terluka itu sedang duduk di hadapan staff polisi dengan nametag Yudha Pratama itu yang terus menerus menyalahkannya.
"Saya gak salah, Pak. Saya gak tau apa-apa. Tolong biarkan saya menemui istri saya, saya harus tau keadaannya," pinta Alvin.
Pak Yudha marah. "Apa?! Gak tau apa-apa? Udah jelas kamu mencuri uang dalam jumlah yang banyak. Parahnya organisasi ilegal. Sepicik itu pikiranmu."
Alvin terus menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin disalahkan seperti ini oleh staff polisi itu. Ia hanya ingin pergi menemui Aurel. Ia masih merasa bersalah membuat wanita itu meninggalkannya untuk selamanya. Bahkan ia ingin mengetahui kondisinya sekarang, pasti istrinya sudah dibawa ke rumah sakit.
Kini Alvin merasa kepalanya sakit lagi. Luka di kepala dan telinganya sama sekali belum diobati dan masih berdarah. Ia terus mendengar suara dengungan yang semakin menyakiti telinganya.
Tiba-tiba saja seorang wanita berumur 22 tahun memasuki kantor polisi dengan langkah terburu-buru. Ia adalah Delia Vanessa, anak panti asuhan yang sangat dekat dengan Alvin itu kini sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik.
Naura terkejut melihat kedatangan Delia. "Mbak Delia datang? Dia pasti tau soal masalah Ayah."
Alvin tidak dapat menjawab pertanyaan Delia. Ia hanya menundukkan kepalanya sambil memegang kepalanya yang terasa nyeri. Ia mencoba untuk menggelengkan kepalanya.
Pak Yudha berkata, "Dia melakukan pencurian uang dan pembunuhan terhadap istrinya."
Delia terkejut akan perkataan Pak Yudha itu. Ia tidak percaya bahwa kakak tersayangnya memang melakukan itu. Ia langsung memarahinya. "Bapak jangan asal ngomong yaa! Kakak saya gak mungkin ngelakuin itu. Ngebunuh istrinya? Kakak saya gak akan pernah ngelakuin itu karena Kakak saya tuh sayang banget sama istrinya."
"Asal ngomong gimana?! Bukti sudah jelas! Kami menemukan pisau dapur sebagai senjata pembunuhannya," balas Pak Yudha itu.
Lalu Delia menggebrak meja Pak Yudha itu. "Selidiki lagi! Saya gak terima Kakak saya diperlakuin kayak gini! Bukan Kakak saya pelakunya!"