Naura Dirandra (Kim Dayeon) merupakan seorang murid kelas 12 IPA 2 di SMA 15 Jakarta, dikenal sebagai murid yang jenius terlebih lagi kedua orangtuanya alumni sekolah yang sama dimana sang Mama terkenal karena selalu menempati peringkat satu berturu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Bandung, 15 Mei 2006.
Empat bulan telah berlalu, Alvin dan Aurel sudah tinggal di Bandung dengan rumah yang sangat sederhana. Setidaknya tidak terlalu mewah untuk sepasang suami istri seperti mereka.
Tepat pada saat ini Alvin sedang berada di ruang tamu. Ia sangat frustasi memikirkan dirinya belum mendapatkan pekerjaan. Setiap kali ia melamar di berbagai tempat pasti ia selalu ditolak.
Alasannya seperti...
"Saya gak bisa nerima kamu soalnya kamu cuman lulusan SMP." "Mending sekolah lagi deh, saya gak mau nerima kamu." "Lulusan SMP mau kerja? Kok gak sekolah lagi?"
Alvin menghela napasnya menatap berbagai lowongan pekerjaan yang berbentuk seperti kertas brosur itu. Ia juga sudah mencarinya di aplikasi Fesbook tapi tetap saja ia tidak diterima. Padahal ia sudah berkali-kali melamar selama empat bulan ini tapi hasilnya nihil.
"Berita Terkini! Saat ini SMA 15 Jakarta sedang melaksanakan Ujian Nasional di hari pertama. Para murid terlihat antusias akan pelaksanaan ujian ini. Kami berharap agar para murid lancar dalam mengerjakan soal ujian."
Alvin mengalihkan pandangannya ke televisi. Ia memperhatikan wartawan yang sedang menyampaikan berita. Ia bisa lihat wartawan itu pergi ke sekolahnya dulu, SMA 15 Jakarta.
Wartawan berkata, "Saya akan beralih kepada salah satu murid berprestasi di sekolah ini."
Wartawan itu pun berjalan menghampiri seorang murid laki-laki yang sedang membaca buku. Murid laki-laki itu adalah Dylan Pangestu.
"Permisi, nama kamu siapa?" tanya wartawan.
Dylan menyadari kedatangan wartawan itu. Ia menutup bukunya. Ia tersenyum pada wartawan itu. "Saya Dylan Pangestu dari kelas 12 IPA 3."
Wartawan bertanya, "Bukankah kamu anak dari Darwin Pangestu yang merupakan direktur dari Indogood?"
Dylan tertawa kecil. Ia mengangguk pelan. "Betul!"
"Woah! Saya bersyukur sekali bisa bertemu dengan anak direktur yang sangat jenius," ujar wartawan.
"Terimakasih banyak." Dylan tidak dapat menghentikan senyumannya.
"Bagaimana perasaan kamu sebelum melaksanakan ujian nasional ini?" tanya wartawan itu lagi sambil mengulurkan mikrofon pada Dylan.
Alvin memperhatikan wartawan yang sedang mengobrol dengan Dylan. Ada perasaan iri yang ia rasakan melihat saudara angkatnya bisa masuk dalam berita. Padahal seharusnya Dylan menerima karma karena kelakuan buruknya itu tapi nyatanya kehidupan laki-laki berambut hitam itu malah semakin baik.