🌹🌹🌹DUDUK berdua di ruang tamu, Roy dan Elnino menunggu Vero pulang. Sudah jam sembilan malam, Roy gak tau Vero ada dimana. Penasaran tapi gak sekalipun mengeluarkan hapenya untuk bertukar pesan. Susah juga jadi dia yang terlalu pemikir. Anggapannya selalu sama-takut Vero makin marah dan gak nyaman sama pesan atau telfon darinya. Memang dia belum ada perasaan apa-apa dengan istrinya itu, tapi dia gak mengelak bila takut terjadi sesuatu karena sekarang Vero adalah tanggung jawabnya.
Dalam menunggu, dia sebenarnya juga gugup. Pertengkarannya dengan Vero sulit dia enyahkan dari pikiran, membuatnya gak konsen sepanjang hari. Balik lagi, itu semua karena dia terlalu pemikir. Padahal kalo gak ada perasaan apa-apa, yaudah aja gak sih?
Felicia yang bisa membaca raut suntuk di wajah Roy langsung tau ada sesuatu. Dia bertanya dan akhirnya setelah beberapa kali meyakinkan Roy, pria itu mau bercerita apa yang terjadi. Meski sedikit tergores, Feli tetap mau mendengar.
Bukan hanya bercerita, Roy juga secara ajaib bertanya apa yang dia harus lakukan supaya jangan marah-marahan lagi dengan Vero. Jujur dia gak nyaman harus serumah dalam keadaan bersitegang. Ini seperti bukan Roy yang mau melakukan sesuatu yang berbau romantis. Tapi entahlah. Vero menganggu pikirannya.
Jadi di sinilah dia. Bersama buket bunga yang dia beli atas saran Feli. Gak tau itu adalah hal yang tepat apa bukan. Agak aneh rasanya melakukan ini karena sebelumnya dia gak pernah seromantis ini ke Sheila. Berkali-kali dia menimang akan melakukannya atau tidak karena merasa ini seharusnya tidak lebih dari dia ke Sheila.
Lamunannya buyar ketika mendengar suara mesin mobil yang terparkir di depan rumah. Mungkin Vero?
"El. Itu kayaknya aunty Vero."
Roy membantu Elnino turun dari atas sofa lalu berjalan ke depan jendela untuk memastikan.
Yang datang, benar adalah Vero. Tapi tidak sendirian.
Dibalik gorden jendela yang Roy buka sedikit, dia melihat laki-laki asing membukakan pintu mobilnya untuk Vero yang turun dengan gelak tawa geli karena perlakuan laki-laki itu yang sok romantis. Tawa lepas yang belum pernah Roy lihat dari istrinya.
Obralan mereka gak bisa Roy dengar. Mengalun dengan nyaman dan tampak asik berhadap-hadapan entah sedang membahas apa. Sangat akrab dan Vero gak segan, touchy dan pukul-pukulan manja, begitupun sebaliknya.
Jantung Roy berdegub tak normal dengan seketika. Tapi gak tau kenapa? Dirinya mendebat pikirannya sendiri. Tiba-tiba aja dia ingin membatalkan niatnya untuk memberi buket pada Vero yang dia tunggu pulang sedari tadi. Yang dia sengaja pulang lebih dulu untuk-meminta maaf? This feels wrong.
"So? Setelah ini kita masih bisa ketemu kan?" tanya Kendrick penuh harap.
"Ya bisalah. Kita hangout bareng Bunga sama Alice. Tapi jangan kasih tau mereka dulu kalo lo udah balik, Drick.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...