🌹🌹🌹
SUDAH pukul sembilan malam. Roy menunggu Vero dan Elnino di rumah, tak kunjung pulang. Tadi dia sempat mampir ke rumah Juan, mengira mereka ada di sana tapi ternyata tidak. Gusar di hatinya kembali menyeruak. Kemana mereka sampai jam segini belum pulang? Gak mungkin selama ini di mall.
Sebagai orang yang terakreditasi overthinking, pemikirannya yang menerka-nerka kemana Vero dan Elnino pergi bersama Kendrick sungguh menyiksanya. Bayangan di kepalanya; pasti mereka sangat amat bahagia sampai lupa pulang. Sedangkan dia duduk disini, di ruang tamu, terbunuh dengan asumsinya sendiri.
Semakin gelisah ketika Vero sama sekali gak mau mengangkat panggilan telfon darinya yang udah berkali-kali. Ini seperti bukan Roy yang mendadak jadi berubah protektif. Dia khawatir karena Elnino? atau karena Vero? atau justru karena mereka perginya dengan Kendrick? Bukan dia? Entahlah. Dia sendiri kesal dengan pemikirannya yang gak bisa dia kontrol.
Tepat pukul setengah sepuluh malam, pintu rumah di buka. Memunculkan Vero yang menggendong Elnino yang sudah tertidur. Ada beribu macam kalimat yang udah dirangkai Roy untuk menumpahkan kekesalannya malam itu pada Vero. Tapi ketika mata mereka berdua bertemu dan bertatap cukup lama, Roy akhirnya menunduk dan memutuskan beranjak dari sofa untuk masuk ke kamar tanpa sepatah kata pun.
Gesturnya membuat Vero bingung. Padahal baru aja Vero mau menyapa serta menjelaskan kenapa pulang terlalu malam tapi Roy udah menyelonong pergi. Dan yang jadi perhatiannya adalah, Roy menunduk dengan raut wajah-sedih? Atau dia salah lihat? Ah tapi sudahlah. Dia udah cukup lelah seharian. Gak mau di ribetin pikiran yang aneh-aneh.
Perempuan itu masuk ke dalam kamar setelah meletakkan Elnino di kamar anak itu. Di kamar mereka, Roy baru aja duduk di atas kasur dan terlihat buru-buru masuk ke dalam selimut. Mengatur posisi tidurnya membelakangi Vero yang baru masuk-meletakkan tasnya di atas nakas.
"Kamu udah lama pulang, mas?" tanya Vero basa-basi. Dia tau seperti ada yang aneh dari Roy. Tapi masih belum bisa menebak ada apa.
"Hmm.." Roy gak sedikitpun berniat untuk menoleh.
"Tadi aku sama-"
"Bahas besok aja. Saya ngantuk.." potong Roy.
"Oh."
Yaudahlah, pikir Vero. Dia masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Meninggalkan Roy yang berkutat dengan pikirannya.
Beberapa menit kemudian, cahaya lampu kamar mulai dikurangi. Vero naik ke atas tempat tidur dengan hati-hati karena mengira Roy sudah terlelap, gak mau membuat suaminya terbangun. Dia masuk ke dalam selimut dan melepas ikatan rambutnya untuk bersiap tidur. Dan tak lama, Roy bisa mendengar suara tenang hembusan napas Vero sebagai tanda dia sudah ke alam mimpi.
Sulit tidur, mata Roy masih terjaga. Susah sekali mengeyahkan bayang-bayang Vero dengan Kendrick di kepalanya. Semakin dia tolak, semakin dia terbayang. Sebagai orang yang segala sesuatunya harus punya jawaban, dia lagi mencari tau kenapa dia sebegitu takut sekaligus sedih tentang ini. Konyol dia rasa ketika mulai menebak kalo dia ada perasaan dengan Vero. Memang dia gak menampik bahwa itu akan muncul suatu ketika, mengingat mereka serumah dan suami istri, tapi masa iya secepat ini? Dia gak mau meragukan cintanya pada Sheila bertahun-tahun mereka bina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...