🌹🌹🌹
DUA minggu sudah mereka menyandang status sebagai suami istri. Gak ada yang berubah sejak hari terakhir Vero memutuskan untuk memanggil Roy dengan sebutan mas.Tidak terdengar juga perdebatan-debetan akibat beda pandangan selama dua minggu ini. Bukan karena udah beradaptasi, tapi karena keduanya mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing, sehingga jarang ketemu.
Seperti halnya Roy, setiap jam tujuh pagi, dia sudah berangkat ke kantor. On time. Gak pernah lebih dari itu, gak juga kurang dari itu. Sedangkan di jam sepagi itu, Vero masih tidur. Dia akan bangun sekitar jam setengah sembilan karena masuk jam kerjanya pada pukul sepuluh.
Gak usah nyebayangin bakal ada sarapan untuk Roy sepanjang seminggu ini. Gak ada! Pria itu mulai belajar untuk menerima dan gak mau ganggu tidur Vero di pagi hari. Dia berinisiatif menambah beban tugas ke Bu Iis untuk masak makan siang dan makan malam. Sesekali makanan untuk sarapan.
Roy lakukan itu supaya menghindari pertengkaran dengan Vero. Bukannya dia takut istri, tapi lebih ke gak suka ada ribut-ribut di rumahnya. Salah satu alasannya menerima perjodohan dari Theo juga adalah untuk menghindari pertengkarannya dengan sang papa yang hampir setiap hari bentrok dengan nada tinggi. Roy gak nyaman hidup harus diam-diaman dengan orang yang tinggal satu rumah dengan dia.
Selama dua minggu ini juga, Roy benar-benar sibuk dengan urusan kantor. Berkutat dengan dokumen-dokumen penting di atas mejanya sampi larut malam. Jangankan memikirkan hal lain, memikirkan perutnya aja Roy tak sempat. Melewatkan jam makan siang.
Bersyukurnya, Feli, sekretaris sekaligus sahabatnya, selalu berbaik hati membawakannya sarapan kadang-kadang, dan mengingatkannya makan siang atau mengajaknya makan siang bersama.
Gak ada interaksi yang berarti diantara Roy dan Vero. Pria itu akan tiba dirumah larut malam saat Vero udah tidur pulas. Baik dia maupun Vero gak pernah ada yang mencoba untuk berkomunikasi via telfon atau bertukar pesan. Bukan menghindar. Pada dasarnya, keduanya memang mempunyai dunia yang membawa mereka terfokus pada itu. Bagi Vero ini lebih baik daripada terkesan memaksakan diri dan berujung bertengkar.
Hubungan ini terasa dingin dan hambar. Roy sebenarnya ingin punya waktu untuk mengobrol dengan Vero, mengenalnya lebih jauh. Di lubuk hatinya terdalam, dia gak mau pernihakannya gagal. Meski di jodohkan tapi ini janji sakral yang dia gak mau permainkan. But how? Dia kaku, sedangkan Vero juga cuek-cuek aja.
Dua minggu ini, setelah memberi kejutan pada Bunga dan Alice untuk kabar kepulangan Kendrick, laki-laki itu terhitung sudah tiga kali menghabiskan waktunya bertemu dengan Vero. Entah mereka pergi makan siang bersama, makan malam bersama, nonkrong bersama atau sekedar mengantarnya pulang. Maklumlah. Kendrick udah lama gak pulang ke negara kelahirannya ini. Sekalinya pulang, orang introvert seperti Vero berubah jadi orang bawel yang punya segudang cerita untuk dia tumpahkan ke Kendrick.
Sabtu pagi ini, alarm dari hape membangunkan Vero dari tidurnya yang nyenyak. Melihat kesebelah, mendapati Roy gak ada. Dia udah biasa.
Dengan langkah gontai dia turun dari kasur lalu menuju dapur untuk mengambil air putih. Langkahnya yang hampir di ujung sisa anak tangga, dia mendengar suara Elnino yang asik bercerita entah sama siapa. Tapi segera dia tau, saat mendengar suara Roy yang menanggepin anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...