🌹🌹🌹
JENNIFER menghampiri Roy yang kembali menempati kamar masa lajangnya setelah Sheila meninggal. Dibukanya kamar itu, mendapati Roy sedang asik bermain dengan Elnino di atas kasurnya. Sesekali mereka terdengar belajar berhitung dengan bahasa inggris menggunakan bola-bola kecil warna- warni yang Elnino lempar lalu ditangkap oleh Roy. Jennifer tersenyum. Keduanya itu adalah kesayangannya. Dan selamanya akan tetap begitu.
"Mas Roy.." panggil Jennifer seraya melangkah masuk.
Roy menoleh, menyadari sang adik ada disana.
"Auntyyyy Jennnn.." sorak Elnino penuh bahagia mengangkat kedua tangannya ke atas seperti meraih kemenangan.
"Aunty, bola. Catch!" lanjut Elnino, lalu melemparkan bola ditangannya yang mungil ke Jennifer.
Hap! Jennifer dengan cepat menangkap bola yang dilempar keponakannya itu untuk ikut bermain di dunia Elnino. Dia tidak mau mengecewakan hati anak seimut keponakannya itu.
"YEEEYY!!" Elnino melompat-lompat kegirangan di atas kasur sambil bertepuk tangan karena Jennifer berhasil menangkap lemparannya.
"Elnino, enough!" ujar Roy yang tidak mau anaknya terlalu berlebihan sehingga memproduksi keringat yang banyak. Tapi, anak sekecil itu tau apa? Dia hanya asik dengan kesenangannya tanpa peduli ucapan sang papa.
"Elnino Rainero!" intonasi suara Roy yang berat, penuh intimidasi membuat cekikikan Elnino berhenti. Tegas di lekuk wajah Roy membuat Elnino mengantisipasi diri. Antara akan dimarahi atau tidak
"Oh c'mon, mas Roy. Dont be like that.." Jennifer memukul pelan bahu sang kakak agar tidak terlalu keras ke anak sendiri. He's still a child, tho.
"Kenapa? Mas gak marah.." Roy selalu bingung kalau orang mengira dia marah dan terlalu keras pada Elnino. Padahal menurutnya tidak sama sekali.
"Wajahmu itu loh mas, buat anak kecil salah paham. Lihat tuh anak sendiri jadi takut," jawab Jennifer membuat Roy kembali menatap Elnino yang terdiam, meremas bola-bola di tangannya dengan wajah sedih.
Roy menghembus napasnya kasar. Dua bulan tidak ada Sheila disisinya lagi membuat semuanya jadi kacau. Hilang tidur nyenyaknya di malam hari. Tidak ada aktifitas yang dia jalani dengan nyaman. Bahkan dia tidak tau gimana caranya merawat seorang anak karena selama ini Roy menyadari bahwa dirinya terlalu sibuk bekerja dan membiarkan Sheila mengurus segalanya sendiri.
He regrets everything. Tapi, rasanya udah telat. Gak bakal bisa terulang lagi. Hanya akan menjadi bahan untuk penyalahan diri. Semua itu dia anggap sebagai kesalahannya dan itu menghantuinya sepanjang waktu.
Roy Rainero, mencintai istrinya dengan seluruh hatinya. Namun, dia adalah pria yang kaku dan gila bekerja. Sampai-sampai selama ini dia tidak menyadari istrinya sakit dan perlu waktu bersamanya lebih lama. Sheila wanita yang sabar dan bisa menahan segala hal untuk dirinya sendiri asal tidak merepotkan sang suami. Sialnya, Roy menyadari ini semua ketika dia kehilangan cintanya itu untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...