🌹🌹🌹
PESTA pernikahan Roy dan Vero malam harinya hanya digelar dengan tamu undangan yang relatif sedikit. Walaupun engga banyak, acara tetap berlangsung meriah dan penuh sukacita.
Sedikit tamu aja Vero udah ngeluh karena lelah meladeni salam tangan dan senyum untuk berfoto bersama. Apalagi tamu yang banyak? Mending skip aja, cari perempuan lain yang mau sukarela melakukannya.
Pesta berakhir tepat di jam sembilan malam. Vero lega luar biasa. Since she's very tired, she needed her bath time very soon. Habis itu bobo.
Kasihan juga ngeliat Elnino yang udah merengek ingin tidur dari tadi di gendongan Jennifer. Dia udah dua kali ganti baju karena keringetan lari sana lari sini selama di ballroom.
"Mas. Ini Elnino," Jennifer memindahkan Elnino dari gendongannya ke pekukan Roy. Soalnya dia mau pamit pulang.
Roy mengangguk.
Dia membawa Vero balik ke rumahnya. Katanya, ini pertama kalinya Roy pulang ke rumah itu setelah Sheila meninggal. Menjadi keputusannya untuk tinggal bersama Theo dan Agatha supaya ada yang mengurus Elnino dan dia gak terbayang-bayang Sheila kembali dengan kesedihan yang dalam.
Selama ini yang membantu untuk ngurus rumah itu ada Bu Iis dan Pak Ari.
Sekilas Vero melihat Roy sedikit tertahan di depan pintu rumah, memandang isi di dalam rumah dari tempat dia berdiri. Ada kesedihan yang tercipta di wajah tampan pria itu. Wajarlah. Sheila meninggal baru beberapa bulan yang lalu. Dan rumah ini menjadi saksi kehidupan mereka yang sekarang tinggal kenangan.
Rumah itu gak terlalu besar tapi terlihat elegan dan mewah. Desain interiornya cukup modern dengan perabotan yang minimalis. Di beberapa sisi dinding masih terpajang foto-foto keluarga kecil Roy bersama Sheila.
Vero meneguk ludahnya. Gila! Sheila benar-benar cantik dan anggun. Tapi dia serem juga membayangkan roh mamanya Elnino itu datang memarahinya karena menerima perjodohan untuk dinikahkan dengan Roy.
"Kamar kita disana." Roy menunjuk kamar utama di sebelah ruang perapian.
Kita? Geli sendiri Vero mendengarnya.
Aish! Udah sah ternyata."Saya mau bawa Elnino ke kamarnya," lanjut Roy.
Vero mengangguk.
"I'm going to go change then"
Vero berjalan masuk ke kamar utama. Dia tercengang saat mendapat hiasan bunga mawar yang memenuhi tempat tidur seprai putih membentuk gambar hati serta tulisan namanya dan nama Roy. Bukannya senang, dia malah kesal karena Vero tipe orang yang anti romantis dan juga realistis. Kejutan kayak gini malah nyusahin.
"Siapa sih yang ngebuat ini? Nambah kerjaan aja! Gimana mau tidur coba? Malah gue udah ngantuk banget!"
Ada surat berbalut amplop putih di atas kasur. Vero mengambil dan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...