🌹🌹🌹MENYERUPUT iced americano yang entah udah keberapa kalinya di hari ini, Vero memperhatikan Alice membuka pintu kafe, berjalan masuk menghampirinya dengan Bunga setelah menyadari keberadaan mereka.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sejak pertengkaran kecilnya tadi dengan Roy, dia belum juga pulang. Agak muak kalo terlalu dini melihat wajah suaminya. Kebayang sama kalimat tentang perempuan harus bisa masak.
"Hello, guys. Hello.." sapa Alice dengan semangat 45. Menarik kursi, kemudian duduk.
Sayangnya, sapaan perempuan itu hanya angin berlalu tanpa respon dari Vero dan Bunga.
"Bau-baunya ada masalah nih? Ada ape?" tembaknya langsung.
"Gak ada. Lo udah makan malam belom? Gue mau pesan nih," ujar Bunga. Ini ronde ke dua dari makan malamnya. Satu porsi makanan berat hanya untuk geli-geli perut.
"Belum. Yowes. Ayolah mesan."
Bunga dan Alice memanggil pelayan yang segera berlari ke meja mereka. Memesan beberapa hidangan dari daftar menu yang ada-dan recommended katanya. Mumpung ada kedua kakak-kakakannya, Alice memanfaatkan keadaan untuk membeli yang sedikit lebih mahal. Soalnya selalu dibayarin.
"Lo gak mesan, kak?" tanya Alice ke Vero yang asik sendiri menyesap ice americanonya yang sudah setengah gelas.
Vero menggeleng.
"Yaudah, mbak. Itu aja dulu.." kata Alice ke pelayan, lalu menyerahkan menu sebelum akhirnya pelayan itu pergi dari sana untuk menyiapkan pesanan mereka.
"So, how was the first night, kak? Care to share?" Alice menatap jahil sang kakak sambil menaik turunkan kedua alis matanya, penuh arti.
"You really wanna know?" Vero menatap datar adiknya.
Alice mengangguk antusias dengan senyum menyebalkan.
Tai emang!
"Pertama-tama, kita masuk ke kamar setelah ngeletakin Elnino di kamarnya. Supaya gak ada yang ganggu, si Roy langsung ngunci kamar..."
"Wihh. Gak sabaran banget tuh bapak satu anak," kata Alice merapatkan kursinya lebih dekat pada Vero.
"Terus, gue mancing dia untuk buka gaun gue.."
"Widih. Lo yang move deluan? Nakal ya, bun.." celoteh Alice.
"Dia buka perlahan. Pelan-pelan. Tangannya mulai nyentuh-nyetuh kulit gue. Semakin jauh semakin menggila. Gue di tarik, habis itu di dorong ke kasur. Ngebiarin dia melakukan apapun yang dia mau lakukan."
"Waduh. Pelan-pelan Pak Roy.. Terus, terus?" ucap Alice.
Bunga udah ngakak sendiri di dalam hati tapi menahan gak ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready For Love ✔️
FanfictionVeronica Choo misuh-misuh mendengar celotehan Papanya yang panjang lebar tapi intinya ingin dia menikah dengan Roy, anak teman baiknya, yang dua bulan lalu baru berduka karena istrinya meninggal. Bukannya apa, tapi jarak usia mereka sangat jauh. Di...