- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Berarti ... seandainya anda tidak menikah dengan Pak Yunus, ada kemungkinan kalau keluargaku akan tetap baik-baik saja?" tebak Diah sekali lagi.
"Ya, ada kemungkinan seperti itu. Seandainya aku tidak menolak orang itu, mungkin Almarhum Bapakku tidak akan mempelajari ilmu yang tidak wajar dan mungkin kamu masih punya keluarga yang utuh sampai sekarang," jawab Rosa.
"Mungkin," tanggap Diah.
Rosa mencoba mencari tahu apa maksud tanggapan itu.
"Tapi mungkin juga keluargaku keadaannya akan tetap saja sama. Tidak akan ada yang berubah. Kenapa? Karena harapan Almarhum Bapak anda hanya tertuju pada Almarhum Ayahku, yang dia harapkan menjadi menantunya. Orang itu justru akan merasa bahwa mertuanya amat sangat tidak adil, karena tidak bisa menerima kehadirannya dan hanya terus mengungkit soal 'perjodohan antara Abdi dan Rosa yang gagal'. Dengan alasan itulah, kemungkinan bahwa keadaan keluargaku akan tetap saja sama dengan yang terjadi saat ini. Tidak akan ada bedanya meski anda tidak menolak dia, Bu Rosa. Lalu selanjutnya, anda juga akan menjalani hidup yang tidak bahagia bersama orang itu. Anda tidak mencintainya, jadi bagaimana anda bisa hidup dan menjalani semuanya dengan tenang? Anda justru akan terbayang-bayangi dengan kecurangannya, yang sudah dengan sengaja memperkenalkan Almarhum Ayahku kepada Almarhumah Ibuku. Anda akan memikirkan hal itu setiap kali menatap wajahnya. Bahkan ... jika anda sampai menikahi orang itu dimasa lalu, bukan Raga yang akan lahir di tengah keluarga ini, melainkan Deden."
Ekspresi wajah Rosa mendadak berubah dalam sekejap ketika Diah menyebut nama Deden. Kedua matanya membola dan berkaca-kaca, seakan Diah baru saja berhasil memecahkan sesuatu yang selama ini sudah ia bungkus dengan rapat.
"Ba-bagaimana ... bagaimana kamu bisa tahu kalau orang yang sedang aku ceritakan barusan adalah Rusdi? Seharusnya kamu tidak tahu soal itu. Tidak ada yang pernah aku beri tahu kenyataan soal Rusdi selama ini. Bahkan seharusnya kamu tidak bisa menebak, jika itu adalah tebak-tebakanmu semata. Bagaimana bisa, Diah? Dari mana kamu tahu?" desak Rosa.
Senyum di wajah Diah pun semakin mengembang. Wajahnya terlihat sangat tenang dan tampak tidak memiliki beban sama sekali meski sedang didesak oleh Rosa.
"Karena hanya aku yang tersisa dari seluruh anggota Keluarga Prawira, Bu Rosa. Itu adalah kunci jawabannya," jawab Diah.
"Maksudmu? Aku sama sekali tidak paham. Tolong jelaskan," pinta Rosa.
Diah mengangguk pelan, lalu mengambil gelas dan kembali meminum es markisa buatan Rosa. Rosa pun ikut meminum es markisa miliknya. Entah kenapa ia mendadak merasa haus setelah kenyataan soal Rusdi baru saja dibongkar oleh Diah.
"Begini, Bu Rosa," Diah memulai, "Rusdi ingin sekali berhasil menikahi anda, karena ingin menjadi bagian dari sebuah keluarga terpandang di Desa ini. Dia sudah bosan menjalani hidup biasa-biasa saja bersama kedua orangtuanya. Bahkan dia berteman dengan Almarhum Ayahku pun, bukan karena dia benar-benar ingin berteman. Dia hanya memanfaatkan polosnya Almarhum Ayahku untuk memenuhi semua keinginannya yang tidak bisa dipenuhi oleh orangtuanya sendiri. Jadi untuk memenuhi keinginannya agar bisa menjadi bagian dari keluarga terpandang di Desa ini, anda adalah harapan dia satu-satunya, sehingga dia berusaha keras untuk mendapatkan anda. Andai kata Keluarga Prawira memiliki seorang Putri, mungkin anda tidak akan menjadi incarannya dan perjodohan antara anda dan Almarhum Ayahku tidak akan pernah batal."
Rosa mulai memikirkan hal itu setelah mendengar penjelasan Diah.
"Jadi karena semua harapannya sirna, setelah anda menolak dia dan menikah dengan Pak Yunus, maka dia mulai membenci anda dan ingin nama anda beserta seluruh anggota Keluarga Wardana yang lain menjadi rusak dimata Keluarga Prawira. Kenapa aku berkesimpulan begitu? Karena satu-satunya orang yang selalu mencegahku agar tidak mendekat pada Keluarga Wardana hanyalah Deden, dan Rusdi tidak menghalangi Putranya untuk melakukan hal itu. Lalu, kenapa hanya aku yang kini tersisa dari seluruh anggota Keluarga Prawira? Itu karena Rusdi sudah terlanjur membenci Keluarga Wardana, sehingga merasa tidak sudi jika harus menikahkan Deden dengan Farah. Jadi pilihan terakhir yang dia punya untuk memenuhi ambisinya agar menjadi bagian dari keluarga terpandang adalah aku, satu-satunya wanita yang terlahir dari Keluarga Prawira. Apakah sekarang anda sudah paham, Bu Rosa? Apakah anda sudah bisa menebak, bahwa Rusdi adalah dalang dibalik tragedi yang menimpa keluarga kita berdua? Dia menyiksaku, dengan memperlihatkan kematian seluruh anggota keluargaku selama dua belas tahun terakhir. Hal itu dia lakukan agar aku membenci Keluarga Wardana. Dia juga menyiksa Raga dan Farah, dengan cara mengikatkan Raga pada ilmu penjerat melalui Almarhum Bapak anda serta membuat wajah Farah menjadi terlihat buruk dengan adanya tanda pada sisi kiri wajahnya. Hal itu dia lakukan agar mereka kesulitan beradaptasi dengan lingkungan dan sulit mendapatkan jodoh."
Rosa akhirnya menangis meski telah berusaha menahan diri sejak tadi. Diah menyodorkan tisu kepada Rosa, agar wanita paruh baya itu bisa menyeka airmatanya.
"D-dan me-menurut ka-kamu, se-semua itu ... be-benar? Ru-Rusdi adalah ... dalang dari ... se-semua hal buruk yang terjadi?" Rosa tampak belum mau mempercayai semua itu. "A-apakah kamu ... punya hal selain sebuah teori?"
"Anda ingin bukti, Bu Rosa?" tawar Diah. "Setelah aku memutuskan Raga dari ikatan ilmu penjerat itu, aku bisa membuat wajah Farah tidak lagi memiliki tanda yang membuatnya terlihat buruk rupa. Anda ingin melihat aku melakukannya, hari ini? Tapi jika aku lakukan hari ini juga, maka Rusdi akan langsung murka. Dia akan dengan terang-terangan muncul di hadapan kita berdua. Kenapa begitu? Karena Rusdi ingin membalas dendam pada anda dan ingin menyeret aku agar bisa dinikahkan dengan Deden. Dia tidak akan lagi menutupi wajahnya yang asli."
Pintu rumah itu mendadak dibuka dari luar. Rosa dan Diah jelas sangat terkejut. Karena tanpa mereka tahu, pembicaraan yang mereka lakukan sudah didengar seluruhnya. Bahkan Yunus, Raga, dan Irham yang seharusnya berada di kantor, ternyata juga ada di antara orang-orang yang tengah menatap kedua wanita tersebut.
"Tidak perlu ada yang menjelaskan, karena kami semua sudah mendengar segalanya sejak tadi," ujar Irham.
"Kami bukan sengaja ingin menguping. Tapi kedatangan Fikri dan yang lainnya karena mencari Diah, membuat kami semua tahu bahwa Diah ada di sini dan sedang bicara empat mata dengan kamu," tambah Yunus, seraya menatap ke arah istrinya.
Diah langsung bangkit dari sofa dan menghadang tatapan Yunus kepada Rosa.
"Istri anda tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu tentang masa lalunya. Tolong jangan marah padanya. Dia melakukan itu karena tidak ingin anda memiliki pemikiran untuk membanding-bandingkan diri dengan laki-laki yang ditolaknya, apabila anda sedang memikirkan semua hal buruk yang terjadi di tengah keluarga kalian," jelas Diah, agar Rosa tidak perlu terkena masalah apa pun.
Yunus pun tersenyum.
"Wah ... aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang selalu berpikiran jauh ke depan dengan bermacam-macam spekulasi di dalam pikiranmu, ketika menghadapi sebuah masalah. Tenang saja. Aku tidak akan marah pada istriku," janji Yunus.
Rida dan Ayu kini membawa Farah ke hadapan Diah seraya tersenyum begitu manis.
"Sekarang, waktunya kamu membantu Farah seperti yang sudah kamu tawarkan tadi. Jangan pedulikan soal konsekuensi. Kita akan hadapi konsekuensinya sama-sama," ujar Ayu.
Diah pun langsung menatap ke arah Fikri dan Zainal yang ternyata juga sedang menatap ke arahnya dari teras rumah itu.
"Di antara kalian berdua, apakah sudah ada yang membujuk kedua pria di luar sana itu agar tidak menceramahi aku ketika nanti masalah baru akan datang? Aku enggak mau dengar ceramah, meski hanya satu kalimat," ungkap Diah, yang tahu persis kalau Fikri dan Zainal pasti akan berceramah padanya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUKAN (SUDAH TERBIT)
Horror[COMPLETED] "Jangan pernah pulang ke sana, jika kamu tidak mau mati sia-sia." Itu adalah pesan terakhir dari Ibunya sebelum meninggal dunia akibat penyakit aneh yang sudah menggerogoti tubuhnya selama bertahun-tahun. Diah ingin sekali menuruti pesan...