- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Seusai shalat subuh, Diah kembali meringkuk di atas tempat tidurnya. Kurang tidur membuatnya masih merasakan kantuk, sehingga enggan beranjak dari kamar. Ia meraih ponselnya yang sejak semalam ia letakkan di dalam laci samping tempat tidur. Ia mengernyitkan kening saat melihat ada satu pesan masuk dari nomor asing. Ketika ia membuka pesan itu, seketika kedua matanya membola karena baru mengetahui bahwa Raga mencoba menghubunginya semalam. Jemarinya langsung mengetik balasan secepat mungkin disertai permintaan maaf karena tidak segera membalas pesan dari pria itu. Ia tidak mau Raga salah paham dan mengira bahwa dirinya mengabaikan pesan yang dia kirim.
Usai mengirim pesan balasan pada Raga, Diah pun segera membuka grup dan mulai memikirkan cara agar bisa bertemu dengan yang lainnya. Ia ingin sekali kembali datang ke rumah Keluarga Wardana. Namun rasanya tidak enak jika sampai dirinya datang ke sana tanpa alasan yang jelas. Hal itu bisa menimbulkan pertanyaan atau kecurigaan dari anggota keluarga lainnya di dalam keluarga tersebut.
DIAH
Assalamu'alaikum, sahabat-sahabatku yang cantik. Apakah kalian sudah bangun? Sudah shalat subuh?AYU
Wa'alaikumsalam, Di. Bangun sudah, shalat subuh sudah, dan lihat Mas crush pulang pergi ke masjid pun sudah aku lakukan. Rasanya aku sangat berbunga-bunga pagi ini, Di 😍🥰RIDA
Wa'alaikumsalam, sahabatku yang selalu tahu kalau aku memang cantik. 🤣 Alhamdulillah aku sudah bangun, sudah mandi tidak lupa memggosok gigi, sudah shalat subuh, dan sudah membersihkan tempat tidurku.RIDA
Heh, Ayu! Masih pagi! Jaga matamu! Jangan lihat Mas crush melulu. Apa tidak puas kamu semalam lihat dia dari jarak dekat setelah kita mengejar-ngejar Diah?FARAH
Wa'alaikumsalam. Uhm ... aku sudah bangun, tapi tidak shalat subuh. Aku ingin cerita soal alasannya, tapi lebih baik tidak kuceritakan lewat chat. Aku lebih ingin menceritakannya langsung pada kalian bertiga.DIAH
Siap! 🫡 Aku OTW ke rumahmu, Far. 🫰AYU
Aku lagi pakai sandal. Tunggu, ya, Far.RIDA
Cepatlah! Aku sudah ada di persimpangan jalan ini! 😒DIAH
Lah ... rumahmu paling jauh, tapi kamu yang paling gercep dan sudah sampai di persimpangan? Punya jurus apa kamu, Da?AYU
Rida pakai jurus belut menggelepar, Di. 🤣Farah benar-benar tidak bisa berhenti tertawa jika sudah berkomunikasi dengan ketiga wanita itu. Ia segera bersiap-siap akan keluar rumah, karena ingin menyambut mereka bertiga. Langkahnya begitu ringan saat keluar dari kamar. Namun mendadak perasaannya tidak enak ketika melihat pintu rumahnya sudah terbuka lebar, sementara kedua orangtuanya tidak ada di dalam rumah. Ia segera mempercepat langkahnya, lalu mendapati bahwa di rumah sebelah terdengar ada keributan.
"Raga! Cobalah untuk berhenti, Nak! Hentikan tanganmu, agar ilmu penjerat itu juga berhenti!" paksa Yunus.
"Dia membisik terus di telingaku, Yah!!!Sakit!!!" teriak Raga.
Farah hanya berani mendekat sampai di halaman rumah sebelah. Ia tidak berani masuk ke dalam, karena tubuh Raga sepertinya saat ini sangat sulit dikendalikan hingga harus ditahan oleh Yunus dan Irham. Rosa hanya bisa menangis di pelukan Safira yang saat itu sedang mencoba untuk menenangkannya. Raga terus berontak seakan ingin melepaskan diri, hingga akhirnya usaha Yunus dan Irham tidak lagi bisa menahan tubuh Raga di tempatnya.
Rida, Diah, dan Ayu tiba di halaman rumah Keluarga Wardana, tepat saat Raga baru saja berhasil meloloskan diri dari pertahanan Yunus dan Irham. Raga tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri karena terus mendengar bisikan pada telinga kirinya. Pria itu mendekat pada Farah dan hampir berhasil menyerangnya, jika Diah tidak segera berlari dan mendorongnya sekuat tenaga agar menjauh dari Farah.
"Bawa Farah pergi!!!" perintah Diah.
Rida dan Ayu dengan sigap meraih Farah lalu membawanya lari dari halaman rumah itu. Rosa dan Yunus tampak panik karena putra mereka benar-benar hilang kendali atas dirinya sendiri. Safira tampak shock, karena tadi mengira kalau Farah akan menjadi korban serangan Raga. Irham kini masih mencoba menenangkan istrinya, sambil terus mengawasi keadaan di halaman rumah.
"Pergi kamu!" Diah mengusir makhluk yang saat ini tengah menatapnya.
"Hei! Kenapa kamu malah mengusir anakku? Dia butuh pertolongan, bukan butuh diusir!" Rosa tidak bisa menahan amarahnya.
Yunus menyadari bahwa saat itu Diah tidak menatap ke arah Raga, meski Raga tengah berada di hadapannya. Tatapan Diah terarah ke sisi kiri tubuh Raga, tempat di mana Raga merasa telinganya sangat sakit sejak semalam.
"Tenang, Bu. Dia bukan mengusir Raga. Dia mengusir sesuatu yang tidak bisa kita lihat," jelas Yunus, agar Rosa tidak salah paham.
Rosa menatap Yunus sesaat, lalu kembali memperhatikan Diah yang masih berusaha menahan tubuh Raga yang terus mencoba melawannya. Yunus benar, tatapan Diah ternyata tidak terarah pada Raga sejak tadi dan Rosa tidak menyadari itu.
"A'udzubillahi minassyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai-un fil ardhi walaa fissamaa-i wa huwas samii'ul 'aliim."
Diah membuka telapak tangan kanannya dan menghantam dengan kuat pada lengan kiri Raga, hingga tubuh pria itu terdorong ke belakang beberapa langkah. Makhluk yang selalu berada di samping Raga pun menghilang dalam sekejap. Tubuh Raga pun akhirnya limbung ke arah depan dan Diah kembali menangkapnya meski tidak sepenuhnya bisa menahan berat badan pria itu. Yunus dan Rosa segera berlari ke tempat di mana Diah tengah mendekap Raga.
"Raga ... Nak ... bangun, Sayang," mohon Rosa.
"Ambilkan gunting. Biar aku lepaskan dulu yang terikat di pergelangan tangan kirinya," pinta Diah, sambil mencoba mengatur nafas.
"Jangan! Nyawa anakku bergantung pada benda yang terikat di pergelangan tangannya!" larang Rosa dengan keras.
"Nyawa anak anda baru saja terancam gara-gara benda itu. Tolong jangan jadi Ibu yang egois pada saat seperti ini. Demi Allah, keegoisan anda tidak akan membuatnya terlepas dari makhluk yang baru saja berusaha menyakitinya. Lagipula, sejak kapan nyawa seseorang bergantung pada benda seperti itu? Nyawa manusia itu ada di tangan Allah," tegas Diah.
Perdebatan antara Rosa dan Diah membuat Yunus, Safira, maupun Irham kebingungan untuk memihak pada yang mana. Semua menjadi serba salah, karena ada banyak sekali pertimbangan yang harus mereka pikirkan.
"Kalau anda tetap bersikeras membiarkan benda itu mengikat lengan anak anda, maka jangan pernah memiliki harapan bahwa dia akan bangun kembali seperti biasanya. Dia akan terus terbaring seperti ini. Karena makhluk yang membisik di telinganya selama ini hampir menguasai jiwa anak anda, sehingga anak anda lepas kendali seperti tadi. Jadi silakan pilih sendiri. Aku hanya mencoba menawarkan pilihan paling aman dan hanya bisa membantu sebisa yang aku mampu. Keputusan tetap ada di tangan anda."
Diah menyerahkan Raga kepada Yunus, lalu bersiap untuk berdiri dan pergi dari sana. Sayangnya, Rosa dengan cepat menangkap lengan Diah sehingga kini mereka berdua saling menatap dari jarak dekat.
"Jangan pergi," pinta Rosa. "Tolong ... bantu Putraku agar bisa bangun kembali."
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUKAN (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] "Jangan pernah pulang ke sana, jika kamu tidak mau mati sia-sia." Itu adalah pesan terakhir dari Ibunya sebelum meninggal dunia akibat penyakit aneh yang sudah menggerogoti tubuhnya selama bertahun-tahun. Diah ingin sekali menuruti pesan...