53 | Mendukung Niatan Raga

1.9K 167 7
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Rosa dan Yunus sama sekali tidak akan menghalangi niatan Raga yang ingin menikahi Diah malam itu juga. Meski beberapa orang sebenarnya merasa ragu untuk menyetujui keinginan Raga, namun kondisi Diah yang semakin melemah jelas menjadi pertimbangan besar atas niatan itu.

"Kalau begitu panggilkan penghulu agar mereka berdua bisa menikah," titah Deden kepada Zainal dan Fikri.

"Kamu tidak ingin ikut mempertimbangkan dulu, seperti yang sedang kami lakukan?" tanya Irham.

"Mempertimbangkan? Dengan kondisi Diah yang begitu lemah di dalam sana, aku harus kembali mempertimbangkan niat baik Raga? Jika dengan menikahkan mereka malam ini dan hal itu akan membuat Bapakku kalah telak, maka aku akan menyetujui niat baik Raga tanpa perlu banyak berpikir. Diah benar, Bapakku mungkin ingin mempercepat datangnya kematian untuk Diah karena takut kalau Keluarga Wardana dan Keluarga Prawira akan bersatu ketika mereka terikat pernikahan. Mungkin hal itu akan menghancurkan sesuatu yang selama ini sudah dia pertahankan. Entah itu akan menghancurkan ilmu hitam yang dia pelajari, ataupun menghancurkan usaha untuk membuat kedua keluarga ini tidak lagi memiliki keturunan selanjutnya. Jadi sebaiknya segera panggilkan penghulu, agar Raga benar-benar bisa menikahi Diah," jawab Deden, tanpa ragu.

"Mas Deden, benar. Pasti ada alasan di balik begitu cepatnya kondisi Diah memburuk. Pak Rusdi pasti bertujuan agar Raga merasa hancur setelah tidak bisa memiliki Diah, padahal dia sangat mencintai Diah. Sama halnya dengan yang pernah terjadi pada Almarhum Pakde Abdi dan juga Bu Rosa. Itu benar-benar harapan Pak Rusdi dan mari kita hancurkan harapan itu bersama-sama. Lalu, kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya setelah Raga menikah dengan Diah," tambah Rida, mendukung jawaban Deden dengan penjelasan yang lebih detail.

Fikri kini menatap ke arah Bapaknya, seakan sedang berharap mendapat masukan ataupun sebuah pertimbangan. Eman pun paham ketika melihat tatapan Fikri, bahwa dirinya yang harus memberi keputusan di tengah perundingan antar dua keluarga malam itu. Karena meski dirinya tidak ada hubungan keluarga dengan Keluarga Prawira, Diah ada di bawah tanggung jawabnya setelah wanita itu hidup sebatang kara.

"Ya, baiklah. Jika memang ada yang berfirasat seperti itu, mari kita segera nikahkan Nak Raga dan Non Diah. Panggilkan penghulu. Perwalian atas diri Non Diah biar diwakilkan oleh penghulu tersebut," Eman memberi keputusan.

Zainal dan Fikri benar-benar segera pergi untuk memanggil penghulu yang tinggal tidak jauh dari rumah Pak Lurah. Laila dan Yunita segera membantu Diah untuk membersihkan diri serta berwudhu, sebelum pernikahannya dengan Raga dilaksanakan. Raga juga bersiap-siap. Kedua orangtua serta Paman dan Bibinya membantunya bersiap di kamar tamu rumah Keluarga Prawira. Deden meminjamkan Raga kemeja dan jas miliknya yang belum pernah dipakai, agar malam itu tidak ada yang merasa bahwa pernikahan Raga dengan Diah terlaksana secara terpaksa.

"Pakailah. Aku belum pernah memakai setelan jas itu sama sekali. Malam ini akan menjadi malam pernikahanmu dengan Diah. Jadi bagaimana pun kamu dan Diah harus terlihat istimewa, meski akad nikah kalian terlaksana secara sederhana," ujar Deden.

Raga menerima setelan jas itu, lalu meminta Deden duduk di kursi yang tersedia pada kamar tamu tersebut. Deden memenuhi permintaan Raga. Ia menatap pria itu dengan tenang dan tanpa rasa cemburu seperti yang pernah ia tunjukkan sebelumnya.

"Terima kasih banyak, Den. Maaf kalau aku jadinya harus merepotkan kamu malam ini. Aku hanya ... tidak ingin kehilangan Diah tanpa sempat menjadikan dia sebagai satu-satunya wanita yang akan mendampingi hidupku. Aku cinta padanya, Den. Aku benar-benar cinta padanya hanya setelah satu detik menatapnya dari jauh. Pada saat itu aku terus memikirkan, apakah diriku waras atau tidak ketika merasakan cinta yang begitu besar terhadapnya. Dan hatiku berhasil meyakinkan pikiranku, bahwa jatuh cinta pada Diah adalah hal terwaras yang pernah terjadi dalam hidupku setelah Kakekku membebankan ilmu penjerat ke dalam genggaman tanganku. Dia sampai tidak bisa aku tembus dengan ilmu penjerat itu, Den. Dan sejak itu aku percaya bahwa dia sangat pantas untuk aku perjuangkan, jika memang Allah menadirkan demikian," tutur Raga, tentang isi hatinya yang tidak pernah ia ceritakan pada siapa pun.

Deden pun tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Raga dengan tegas. Ia akhirnya paham, bahwa perasaan Diah terhadap Raga memang benar-benar berbalas. Maka dari itulah Diah terlihat begitu bahagia ketika ada di sisi Raga. Tidak sama ketika wanita itu masih menutup hatinya dari pria manapun yang mencoba mendekatinya selama ini.

"Kamu pun sangat pantas untuk Diah perjuangkan, Ga. Dia benar-benar memperjuangkan kamu, dengan cara membebaskan kamu dari ilmu penjerat itu dan juga membebaskan seluruh anggota keluargamu dari kegilaan yang Bapakku lakukan. Menikahlah dengan Diah, Ga. Jangan takut. Kamu tidak sendirian ketika memperjuangkan Diah seperti bagaimana Diah memperjuangkan kamu."

Rusdi merasa puas setelah berhasil membuat Diah mengalami sakit, seperti yang pernah dialami oleh anggota Keluarga Prawira lainnya sebelum meninggal dunia. Saat ini dirinya sedang bersembunyi di tempat yang tidak akan ditemukan oleh siapa pun--setelah memindahkan gubuk miliknya dengan ilmu yang ia miliki--termasuk oleh Diah. Ia sudah gagal untuk menikahkan Diah dan Deden. Jadi dengan terpaksa dirinya harus memberi ancaman pada Diah dengan membuatnya sakit.

"Keluarga Prawira selamanya tidak boleh bersatu dengan Keluarga Wardana. Kalau sampai itu terjadi, maka aku akan mati. Maka dari itulah, aku menggunakan cara yang biasanya dan membuat Diah sakit. Jika Diah sakit, maka dia akan melemah dan mudah diberi ancaman. Deden tidak akan membiarkan Diah meninggal dunia seperti anggota Keluarga Prawira yang lain. Jadi dia pasti akan memohon padaku agar Diah aku lepaskan dari sakitnya. Aku akan mengancam Diah agar meninggalkan Raga, lalu membuatnya menikah dengan Deden. Dan Deden pun pasti akan menuruti keinginanku, lalu menikahi Diah. Karena sudah jelas dia tidak ingin aku membunuh Diah. Mudah sekali membuat mereka tunduk di bawah kakiku. Ha-ha-ha-ha-ha-ha!"

Rusdi menatap ke arah sebuah gentong berukuran besar berisi sesajen yang sudah lama sekali ia simpan. Sesajen itu terikat dengan nyawanya. Karena pada saat ia membuat perjanjian dengan Iblis yang membantunya, nyawanya menjadi jaminan. Jika Keluarga Wardana dan Keluarga Prawira berhasil bersatu, maka Iblis itu akan membunuh Rusdi. Rusdi tidak akan bisa lari. Rusdi akan menghadapi itu jika Diah dan Raga akhirnya menikah.

"Maka dari itu saat ini aku sedang berusaha bertahan. Aku tidak boleh mati konyol, hanya karena kedua keluarga yang begitu kubenci itu berhasil bersatu. Diah adalah kunci satu-satunya, agar aku bisa menikmati kejayaan dan juga menjalani hidup sangat lama," gumam Rusdi, yang kemudian kembali menutup gentong besar itu dengan kain merah.

* * *

KUTUKAN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang