34. Janji Sebelum Fajar

116 5 0
                                    

Bukankah percuma jika melindungi hingga kami berdarah-darah, tapi berujung aku tahu segalanya karena kebohongan tak akan kekal? Aku terluka. Ia terluka. Tidakkah lebih memabukkan jika kami saling melengkapi, berbagi rasa sakit, dan mencari jalan keluar bersama? Namun, mengapa pria itu bungkam dan menganggap bahwa aku satu-satunya makhluk yang tidak berhak tahu segalanya?

"Karena terkadang, insan pun tidak menyadari bagaimana wataknya bekerja, Kuda."

Jiwaku tersadar dari hanyutnya pemikiran, meskipun dengan kelopak menyatu. Dongeng dari bibir Willis masih mengalun, menemani kecamuk dalam letihku.

Setibanya di kamar dan bersiap melahirkan si kecil, keingintahuanku menuntut penjelasan, termasuk upaya meredakan sakitnya kontraksi. Tidak ada yang terlewatkan dari bibir Willis—perihal Ares dan dunianya hingga Adheline yang harus dinikahi karena mengandung anak ayah biologisku—kecuali alasan mengapa sang dalang tidak jujur sedari awal.

Ares memberitahuku seluruhnya, jauh sebelum berangkat ke Cina untuk menghadiri pemakaman ibumu. Jika kau sadar, kami tiba di waktu yang sama. Hanya saja, aku menunggu di penginapan, sementara Ares menyusul ke pusara. Pria itu tahu bahwa aku satu-satunya sosok yang mampu menjagamu selama ia tidak ada.

Kepingan kebohongan membentuk sayatan baru di dada. Mereka apik berperan, menjadi pagar emas menyesakkan. Itu sebabnya ingatan-ingatan perihal ketidaktahuan, membuatku menyesal dan tenggelam dalam kata "mengapa".

Oksigen seolah lenyap dari bumi, sesak. Namun, aku berusaha bernapas tenang, sesekali merasakan kontraksi palsu tidak menentu yang mampu menciptakan kerutan di dahi. Meskipun bidan telah memeriksaku berkali-kali sekembalinya dari tragedi tadi malam dan memastikan bahwa si kecil baik-baik saja, rasa cemas perihal banyak hal masih menghantui. Berlebih bayiku belum dapat dilahirkan karena masih tersisa empat pembukaan lagi hingga kami menemukan wajah mungilnya.

Meskipun banyak alasan di balik pernikahan kalian, Ares memang mencintaimu sedari awal.

Willis mengungkapkan kebenaran perihal rasa Ares, tapi aku berpikir bahwa bibir pria itu berisi dusta.

Krysrhea di mata Ares hanya gadis asing yang amat menyedihkan karena kerusakan rasa akibat perlakuan, penghinaan, dan pengkhianatan oleh orang-orang yang seharusnya disayang dan menyayanginya hingga akhir hayat. Kemudian, pria itu datang dan iba. Setelah mengetahui fakta, ia dan sang istri pun mengorbankan perasaan demi menyelamatkan remahan kehidupan sang korban yang mereka pikir dapat disatukan sebelum membentuk kebahagiaan utuh meskipun retak.

Bukankah pemikiranku lebih masuk akal mengingat watak asli Ares yang menerangkan kasih sayang dan pengorbanan? Aku kembali membenarkan ucapan Emeline bahwa pria itu memang diciptakan sebagai pelindung. Namun, perihal rasa, aku tidak terlalu yakin. Kebejatannya pun adalah tuntutan.

Sedari kapan kau mengetahui alasan Ares menikahiku?

Ares yakin bahwa satu-satunya orang yang bisa mengungkapkan kebenaran perihal informasi palsunya ke Rusia hanya aku. Ya, ia mengajak bertemu setelah itu. Di sana Ares bercerita perihal Leexter.

Setitik pun, jangan masuk ke dunia Ares. Aku tidak ingin kau terlibat lebih jauh dan berteman dengan kematian.

Lantas, bagaimana denganmu?

Masih sama, yang terlintas di benakku seputar percakapan kami sebelum jiwa ini hanyut dalam tidur singkat. Selain nyeri yang mulai mendera perlahan, kilas balik penjelasan Willis pun menyebabkan cairan bening di sudut kelopakku mengumpul. Memilih tetap terpejam adalah cara lawas untuk bertahan pada kedok baik-baik saja. Namun, imajiku lenyap, tergantikan sempurna oleh racauan merdunya yang masih sibuk membaca buku Amarel. Sebelum tidur aku ingin didongengkan agar si kecil tenang hingga siap dilahirkan.

CIMMERIAN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang