Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S
udah satu minggu lamanya dari kejadian Fort yang menikah tanpa sepengetahuan Peat, dan sudah satu minggu juga peat benar benar menjaga jarak dari Fort. Bahkan saat di cafe pun Peat benar benar menghindari Fort. Mulai dari menjaga jarak ketika sedang ada meeting, menghindari pertemuan dengan Fort, menghindari kontak mata dengan Fort, bahkan ketika Fort meminta Peat untuk datang ke ruangannya Peat benar benar menjawab hanya seperlunya, sampai Fort kehabisan cara untuk membujuk Peat.
Dan kini waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Peat tidak dapat shift malam untuk satu minggu ini, jadi Peat kini sedang menonton film yang di rekomendasikan oleh Noeul, namun kegiatan menontonnya terhentikan ketika ada pesan masuk ke ponsel miliknya, dan tanpa pikir panjang Peat membuka pesan tersebut dan detik berikutnya Peat menghela nafas berat, namun dia tetap membalas pesan tersebut.
"Kali ini gua bener bener pengen egois Fort, gua ga rela lu buat orang lain." Lirih Peat.
Peat memejamkan matanya yang sudah basah karena air matanya. Peat benar benar tidak bisa berhenti menangis akhir akhir ini dan juga Peat akan berangkat kerja dengan keadaan kacau dengan mata yang terus sembab, sampai rekan kerjanya benar benar khawatir dengan keadaan Peat akhir akhir ini, Noeul, Bagas, dan Ica yang sudah mengetahui sebab mengapa Peat seperti ini, mereka hanya bisa menguatkan Peat saja, karena mereka juga bingung harus melakukan apa.
"Kenapa harus gua sih yang ngerasain sakitnya sebuah cinta, kenapa seakan akan kebahagiaan itu sama sekali ga memihak sama gua." Isak Peat.
"Mulai dari keluarga, pertemanan, dan juga sekarang masalah percintaan. Mau sampai kapan gua selalu merasakan rasa sakit nya kehidupan, merasakan perihnya kehidupan."
"Apa ga cukup gua dari kecil merasakan sakitnya pukulan orang tua, omongan orang tua, perundangan teman, dan sekarang seseorang yang baru aja gua temu uda bikin gua gila!." Teriak Peat.
"Ya tuhan, Peat cape." Lirih Peat.
Kini waktu menunjukkan pukul satu malam dan Peat masi terjaga dengan mata yang masi mengeluarkan airmata nya. Peat terus memikirkan perkataannya yang terakhir dia kirimkan kepada Fort, yaitu dia ingin dinikahi oleh Fort.
"Apa gua terlalu terlihat murahan ya dimata dia." Gumam Peat.
Peat meraih ponselnya dan mencari nama seseorang untuk dia telpon, setelah mendapatkannya Peat dengan cepat menekan tombol memanggil.
"Halo, kenapa?."
"Lu lagi dimana?." Tanya Peat.
"Rumah."
"Suara lu aneh amat, lagi ngapain lu?." Tanya Peat penasaran.
"Nanti gua kabarin lagi udah dulu ya."
"Siapa sayang?."
Samar samar Peat mendengar seseorang menanyakan kenapa Noeul siapa yang memanggilnya. Ya Peat menelpon Noeul untuk bercerita, namun itu hanya niat awal, namun setelah mendengar suara Noeul yang seperti sedang beraktivitas ranjang, Peat memutuskan langsung menutup telponnya ketika mendengar suara yang tidak asing baginya.
"Gua rasa itu pak Boss deh, parah banget kalo emang beneran, mana ga bilang gua lagi." Gumam Peat.
Peat kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur. Membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga Peat tertidur. Dan rasanya Peat baru saja memejamkan matanya semalam, kini alarm yang dia atur untuk bekerja sudah berbunyi. Peat dengan malas membuka matanya yang tampak berat dan juga sembab.
"Huft, perasaan baru aja gua tidur, sekarang uda harus kerja lagi aja." Gumam peat kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Sekitar sepuluh menit Peat baru keluar dari kamar mandi, kini dia sedang bersiap siap untuk berangkat bekerja. Setelah siap memakai seragam kerjanya peat memandangi dirinya di cermin, dia melihat dirinya yang semakin kurus dengan mata yang terus bengkak setiap harinya. Peat meraih cream yang di rekomendasikan oleh Ica untuk mata sembabnya, Peat mengoleskan cream ke matanya, dan peat merasa cukup rileks karena cream tersebut memberikan efek dingin ke matanya, dan setelah mengoleskan cream mata Peat langsung berangkat bekerja.
kini waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, namun Peat merasa dia sangat pusing, karena memang tadi pagi dia tidak makan apapun yang di karenakan dia kesiangan. Bagas yang melihat Peat sangat pucat langsung menghampirinya.
"Peat, lu ga apa apa?." Tanya Bagas seraya menepuk pundak Peat.
"Hah?. Oh gua ga apa apa ko Gas, cuma pusing dikit." Jawab Peat.
"Gantian aja sama gua, lu istirahat aja gih." Ucap Bagas menawarkan diri untuk menggantikan kerjaan Peat terlebih dahulu.
"Ga usah Gas, gua masi kuat ko." Tolak Peat.
"Kuat mata lu!. Tuh lu ngaca udah kaya mayat idup lu tuh tau ngga." Kesal Bagas.
Karena Bagas terus menerus memaksanya untuk istirahat, mau tak mau Peat meng iyakan untuk istirahat. Dan kini Peat sedang berada di ruangan yang biasanya untuk karyawan cafe makan ataupun istirahat. Peat sedang membaringkan badannya di sofa, dia merasa badannya semakin panas dan kepalanya yang semakin sakit dan juga pusing. Peat terlalu malas untuk membeli atau mengambil obat, jadi dia memutuskan untuk menidurkan nya saja.
Disisi lain Bagas sedang menggantikan Peat, dia sedang melayani pelanggan yang memesan dan pandangan Bagas teralihkan kepada Fort yang baru saja datang ke cafe.
Fort menghampiri Bagas dan menanyakan kenapa dia yang melakukan tugas Peat, dan menanyakan kemana Peat, Bagas yang ingin Peat segera menyelesaikan masalahnya dia dengan berat hati memberitahukan kepada Fort bahwa Peat sedang istirahat di ruangan Karyawan karena seperti tidak enak badan.
Dan sekarang disinilah Fort berada, di ruangan Karyawan yang menampakan Peat yang tengah tertidur diatas sofa. Fort menghampiri Peat dan duduk dibawah seraya memandangi Peat yang tengah tertidur.
"Maafin aku baby." Gumam Fort seraya mengelus kepala Peat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.