40. Tak Ada Lagi Kesempatan

3.4K 379 50
                                    

“Kamu sekarang banyak berubah, ya,” ucap Feby yang urung menarik tangannya dari genggaman Januar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu sekarang banyak berubah, ya,” ucap Feby yang urung menarik tangannya dari genggaman Januar. Dia membiarkan tangannya dan tangan Januar saling bertaut.

“Berubah gimana?” Januar menatap cewek di sebelahnya dengan tatapan bingung.

Entah hanya perasaan Januar saja atau memang benar adanya, yang pasti ucapan Feby barusan terdengar sinis di telinga Januar.

“Sekarang jadi mau ngakuin aku dan berani gandeng tanganku. Padahal minggu lalu kamu masih keberatan buat ngakuin aku sebagai pacar kamu.”

Hati Januar merasa tertohok mendengar ucapan Feby yang penuh sindiran. Dia tahu ucapan Feby barusan menjurus ke kejadian di awal mereka pacaran.

Januar akui dia memang sempat berpikiran untuk menyembunyikan hubungan mereka. Alasannya, agar Maretta tidak mengetahuinya.

Namun, niatnya itu gagal saat Feby sendiri yang mengumumkan pada orang-orang yang berada di kantin kalau mereka menjalin hubungan.

Cewek memang paling bisa mencari bahan untuk berantem. Kesalahan Januar yang kemarin saja belum dimaafkan oleh Feby, sekarang Feby malah sudah mengungkit kesalahan Januar yang lain. Kalau begini Januar jadi merasa semakin bersalah.

“Ya bagus, dong. Harusnya lo senang. Bukannya ini yang lo mau?”

“Emang ini yang aku harapkan, tapi kayaknya kamu ngelakuin ini cuma karena rasa bersalah aja,” balas Feby santai. Tidak ada raut sedih ataupun marah di wajah cantiknya. Hanya ada raut tenang seolah dia sudah memprediksi hal ini.

Lagi-lagi Januar dibungkam oleh dugaan Feby yang hampir mendekati fakta.

Sedikit banyak alasan dari perubahan sikapnya ini memang karena rasa bersalahnya, jadi tidak ada bantahan yang bisa Januar berikan.

Yang tidak Feby tahu, ada alasan lain lagi yang membuat sikap Januar berubah padanya. Alasan yang Januar sendiri masih belum mengerti.

“Enaknya ke mana dulu, ya?” tanya Januar mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Langsung nyari kado buat adik sepupu kamu aja,” jawab Feby.

“Emang nggak ada yang pengin lo tuju? Kali aja lo mau belanja atau nonton, gitu.”

Sejujurnya Januar berharap mereka bisa lebih lama menghabiskan waktu untuk jalan-jalan berdua di mall. Tidak hanya sekedar mencari kado saja.

“Nggak. Aku cuma pengin malas-malasan di apartemen.”

Januar menggaruk kepalanya, bingung. Menghadapi Feby yang seperti ini benar-benar memaksanya mengeluarkan effort yang lumayan, terutama dalam hal memikirkan bagaimana membuat cewek itu menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.

“Nggak seru weekend cuma di apartemen. Mending jalan-jalan dulu.” Januar masih berusaha mengubah niat Feby.

“Lagi nggak mood jalan-jalan.”

Shilly-ShallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang