“Kak, aku lapar!” teriak Feby di depan kamar Maysha yang sejak tadi tertutup.
Hari ini Maysha pulang kuliah lebih awal dari Feby. Katanya, ada dosennya yang tidak datang. Namun, itu bukan berarti Maysha bisa bersantai menikmati sisa hari. Dia malah sudah bergelut dengan tugasnya lagi tepat setelah menghabiskan makan siangnya.
Feby tidak berani mengganggunya agar posisinya tetap aman. Meskipun dia sedang ngambek dengan Januar, tapi dia belum ingin kembali ke rumahnya.
Di apartemen kakaknya ini Feby merasa jauh lebih tenang. Telinganya tidak lagi mendengar suara mamanya yang menyuruhnya ini-itu. Bahkan dia merasa seperti sedang tinggal sendiri karena kakaknya jarang terlihat di apartemen. Kalaupun dia sedang ada di apartemen, dia lebih suka berdiam diri di dalam kamar daripada berinteraksi dengan Feby.
“Jangan ganggu gue! Gue lagi ngerjain tugas!” balas Maysha ikut berteriak.
“Pinjam dapurnya, ya? Aku mau masak,” izin Feby.
Dia tidak berani menggunakan dapurnya tanpa seizin kakaknya karena terakhir kali Maysha marah-marah saat Feby menggunakan dapurnya tanpa izin, meskipun setelah itu Feby membersihkannya kembali.
“Jangan! Lo mending pesan aja! Pokoknya jangan acak-acak dapur gue!”
Kalaupun dia izinkan, Maysha juga ragu kalau kali ini masakan Feby berhasil. Yang ada malah menghabiskan bahan makanan saja.
Dengan bibir cemberut, Feby meninggalkan pintu kamar Maysha dan berjalan menuju ruang tengah. Dia duduk di sofa lalu menghidupkan TV di depannya.
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menuruti ucapan kakaknya karena di sini dia hanya numpang. Fakta itu diperkuat dengan peraturan Maysha yang menyuruhnya untuk izin jika ingin melakukan apa pun di apartemennya. Padahal Feby sudah menganggap apartemen ini seperti apartemennya sendiri, tapi kakaknya malah menyadarkan posisinya.
Feby membuka aplikasi ojek online lalu mulai mencari makanan yang dijual tidak jauh dari apartemennya.
Gini-gini dia masih memikirkan ongkos kirim karena dia menggunakan uang jatah bulanannya untuk memesan makanan.
Sementara dulu saat dia masih tinggal di rumahnya, semua ditanggung mamanya karena dia sering minta top up saldo e-wallet pada mamanya secara cuma-cuma. Kalau sekarang mana berani.
Pilihan makan sore Feby akhirnya jatuh pada ayam goreng balado karena tiba-tiba saja dia ingin makan makanan pedas setelah melihat gambarnya. Jarak tempat makannya dari apartemen Feby hanya 5km. Semoga saja enak.
Setelah memesan, Feby menghubungi security untuk memintanya membawakan pesanannya ke unit Maysha setelah pesanan itu sampai. Meskipun dia jadi harus memberikan double ongkir—ongkir untuk ojek online dan ongkir untuk security—tapi, itu terdengar lebih baik daripada dia harus turun di saat perut lapar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shilly-Shally
Teen FictionPDKT sama Maretta, jadiannya sama Feby Meski tahu Januar menyukai cewek lain, tapi Feby tidak menyerah untuk membuat lelaki itu menyukainya. Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian Januar. Namun, sekeras apapun Feby berusaha, dia akan sela...