Dimulai dari terbuka otomatis pintu hotel yang ditempati oleh Alya dan keluarga Al-Fahri, ternyata sudah ada banyak wanita yang berpakaian serba hitam dan berniqab yang mengiringi dan mengarahkan Alya kearah Masjidil haram tempat ia akan akad
"Daeni akhadhak 'iilaa hunak (mari saya antar)" ucap salah satu dari wanita bercadar itu
"Aladhi 'amrak? (siapa yang menyuruhmu?)" tanya ning Aqilah
"Syid Fatih(tuan fatih)"
Mendengar akan jawaban dari wanita berpakaian serba hitam itu, Alya pun menyunggingkan senyumnya dibalik cadar
"Syukron(Terima Kasih)" jawab Ummi Mayra
"Afwan, hayaa aitabaeni (ayo ikuti aku)" ajak nya lagi
"Na'am" jawab Ning Aqilah dan semua wanita bercadar itu pun mulai mengawal Alya, Ning Aqilah dan Ummi Mayra
~
Sedangkan di dalam Masjidil Haram, terlihat Gus Fatih sedang memakai jubah putih nya disertai jas formal berwarna hitam, dan tak lupa dengan songkok putih yang selalu standby di kepalanya
Dengan wajah nya yang tegas dan tampan, kini dirinya sedang duduk ditengah-tengah antara Arhan dan Gus Rafka, sedangkan dihadapan nya kini sudah ada para masyaikh setempat, masyaikh Al-Azhar Kairo, dan yang paling tepat berada di depannya kini sudah ada ustadz Fahri sedang menghela nafasnya pelan
"Sudah siap, nak?" tanya nya
"Sampun, Om"
"Setelah sah jangan panggil om lagi, ya? panggil Abi, oke?"
"Nggih"
Mendengar itu ustadz Fahri pun langsung mengulurkan tangannya untuk dijabat oleh calon menantu yang tak lain dan tak bukan adalah Gus Fatih
"Bismillahirrahmanirrahim.. Ya Alfarazky Rifqi Al-Fatih bin Rafka Arsha El-fathan... Ankahtuka Wazuwwatuka Makhtubataka Aleeya Dzakira El-Humayra Bil Mahar Wahad Milyarun Rupiah.. Halal"
"Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Bil Mahril Madzkur.. Haalan"
"Barakallah..." sebut mereka semua dan salah satu dari masyaikh disana pun mulai memimpin doa
Setelah do'a selesai, salah satu polisi yang menjadi penjaga disana pun mengaktifkan telepon monitor nya dan berbicara "akhti, min fadlik taealay huna(kakak, silahkan datang kemari)"
Sedangkan disisi lain, polwan Alya yang memakai abaya dan niqab serba hitam itu pun menjawab di telepon monitor nya "tamaam(baiklah)"
"Daeuna nadhhab 'iilaa hunak alan(mari kita kesana sekarang)" ajak pemimpin polwan itu dengan memasukkan telepon monitornya
Setelah kedua pasangan itu bertemu, Ning Aqilah pun memberi bucket bunga mawar putih disertai dengan bunga baby breath putih di sela-selanya
Alya yang merasa dirinya yang diberi bunga oleh ibu mertua pun langsung menerimanya, bunga yang indah ditangannya yang indah, henna putih yang sudah terlukis di punggung tangan nya yang putih, kuku nya yang berkilau dan jemarinya yang lentik
"Nak, maju sampai di depan suamimu, ya?" ujar Ummi Mayra
'Deg!'
'ini mimpi apasih Ya Allah.. Kok jauh banget mimpinya sampek nikah segala' monolog Alya yang masih tidak percaya akan kenyataannya
Dapat Gus Fatih lihat dengan jelas kini wanita yang baru saja ia sebut di ijab kabul nya kini sedang berjalan menghampiri nya, melihat itu gus Fatih pun juga menghampiri sang zaujatun
Gamis brukat putih bersih yang Alya kenakan, pashmina jumbo yang melingkar di sisi kepala, dan tak lupa juga mahkota yang diatas nya, cadar yang menutupi setengah wajahnya dan bucket bunga putih yang berada ditangannya membuat Gus Fatih menjadi semakin kagum kepada sang zaujatun saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
EL-FATIH (END)
Teen Fictionبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ANAK NYA NADHIELFATHAN