AL-GHAYYUR

12K 735 42
                                        

"Nak, dunia ini ibaratkan sebuah taman bunga.. Bunga mana di taman itu yang paling indah, maka bunga tersebutlah yang akan dipetik terlebih dahulu"

-Rafka Arsha El-fathan-

~

"Ketika rasa cintamu kepada seseorang atau barang melebihi rasa cintamu kepada-Nya(Allah), maka bersiaplah kamu kehilangan seseorang/barang tersebut.. Tak peduli rasa cinta itu kurang dari 1% saja, bersiaplah kamu akan merasakan apa itu yang artinya kehilangan, karena sesuatu yang kurang tetaplah kurang"

-Alfarazky Rifqi Al-Fatih-

🥀🥀🥀

Di sebuah kamar yang pernah dinadzar oleh pemiliknya, saat ini sang pemilik sudah hilang bak ditelan bumi, terdapat si jawaban nadzar yang belum ikhlas dan rela akan kepergian si tuan nadzar

Si jawaban nadzar itu saat ini sedang meremas baju koko abu-abu milik tuan nadzar dengan erat, ia kembali menumpahkan tangisannya di  baju koko tersebut tanpa suara, namun aliran matanya saat ini tiba-tiba terhenti karena ada ketukan pintu

"Nak, boleh Abi dan Baba masuk?" tanya seseorang dari balik pintu, ia yakin itu adalah suara dari garda terdepan nya

"Nak-..?"

Alya tak menyahuti, ia benar-benar tak memiliki tenaga untuk berbicara, hanya air matanya saja yang saat ini masih terus mengalir

"Mas, kayaknya Alya nggak mau diganggu" ujar Gus Rafka

"Mas ingat sesuatu, sebentar"

Gus Rafka mengernyitkan dahinya, tak lama dari itu ustadz Fahri pun mengucapkan "Alya, Abi tanya sama kamu, boleh Abi dan Baba masuk sebentar? kalo Alya izinkan Abi dan Baba masuk, Alya cukup diam dan tidak usah menyahut.. Tapi jika Alya tidak ingin diganggu, Alya boleh lempar sesuatu, paham nak?"

"Mas, kok-..."

"Sudah, ini cara saya dari dulu kalo Alya lagi sedih, marah, kesel, Mas selalu giniin dia, karena Mas tau kalo suasana hati nya kacau, dia pasti males ngomong" pungkas ustadz Fahri

"Sampean memang Abi yang baik, Mas"

"Sudah, ayo masuk, Alya juga ga respon apa-apa" ajaknya

Baru saja membuka pintu, kedua garda itu mendapati Alya memeluk dirinya sendiri dengan pakaian Gus Fatih yang kini ia remas

"Alya," lirih sang Abi dan Alya pun mengangkat mata sayu nya kearah sang Abi

Pandangan sayu yang didapati oleh ustadz Fahri saat ini adalah waktu tersakit dan terhancur dirinya selama hidup ini, sebelumya ia tak pernah mendapati pandangan sayu yang menyakitkan seperti ini dari Mayra ataupun Alya, tapi saat ini?

"Nak, kemana tidak mau makan?, Alya nggak ngerasa laper, hm?" kini Gus Rafka yang bertanya dan disambut gelengan lemah dari sang empu

Kedua garda itu berjongkok di depan Alya yang saat ini duduk di depan lemari

"Nak, setiap yang hidup itu pasti akan mati, sebagai hamba-nya kita disini hidup hanya sementara... Dunia fana' ini bukan tempat untuk berleha-leha, tapi tempat untuk mengumpulkan pahala... Pahala suamimu sudah cukup untuk bertemu dengan pemiliknya, tugas suamimu sudah selesai, masa suamimu di dunia ini sudah habis, suam-..."

"Afwan tapi Alya masih nggak percaya kalo Mas Alfa sudah meninggal" potong Alya cepat

Mata Alya saat ini memang kosong, lidahnya tadinya kelu, ia malas untuk berbicara sepatah katapun, tapi disaat dirinya mendengar ada seseorang yang berusaha meyakinkan dirinya bahwa suaminya telah meninggal, Alya tidak bisa terima

EL-FATIH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang