“Wallahi, Saya tidak rela tersesat dimanapun kecuali di mata mu”
-Alfarazky Rifqi Al-Fatih-
~
Beberapa hari telah berlalu, kini Gus Fatih dan Alya telah menempati rumah mereka sendiri, ralat lebih tepatnya sebuah mansion yang dibangun oleh Gus Fatih sebelum menikah dengan Alya, dan letak mansion Gus Fatih tak jauh dari ponpes sang Jaddi karena dirinya lah yang akan menjadi tangan kanan sang Jaddi saat mengurus pesantren saat ini
"Memey, lagi ngapain, hm?" tanya Gus Fatih yang menghampiri Alya yang berada di meja makan
"Lagi makan, Mas... Lho, kok nggak salam dulu?"
"Sudah, Mey. Tapi kamu nya aja yang keasikan sama laptop itu, sampe zauji nya pulang aja nggak tau"
"Afwan, Mas.. Eh ini, Alya habis bikin French Toast Coklat, Mas Alfa, mau?" tawar Alya dengan mendorong piring makanan itu ke samping, dimana tempat Gus Fatih duduk
"Jangan sering-sering makan coklat ga baik buat gigi" peringat Gus Fatih dengan memakan French Toast itu, tak lupa ia juga membaca basmalah terlebih dahulu
"Iya, Mas"
Tak terasa lama ternyata French Toast Coklat itu sudah habis dimakan Gus Fatih, melihat itu Gus Fatih pun langsung membatin
'Astaghfirullah, kok udah habis aja?'
"Mas, suapin" pinta Alya dengan mata yang masih fokus ke laptop nya
Mendengar itu Gus Fatih hanya terdiam, ia bingung harus menjawab apa
"Mas Alfa"
"Mas Alfa, Alya minta tolong suap-..., Lhoo, kok?" cengo Alya saat melihat piring tempat Toast nya sudah kosong dan hanya meninggalkan lelehan coklat lumer dan sendok saja
"Afwan, Sayang.. Habisnya enak, jadi-..." ucap Gus Fatih cepat namun ia hentikan saat melihat raut wajah Alya menjadi kesal
Sungguh, melihat itu Alya rasanya ingin tertawa dengan keras saat melihat wajah Gus Fatih yang saat ini sedang ketakutan, Bagaimana tidak? Suaminya yang setiap hari berwajah datar, dan dingin itu ternyata bisa berubah menjadi kucing angora
Sedangkan di pikiran Alya, niat itu ia urungkan karena rasa kesalnya sudah merajalela dirinya
"Enak sih enak, Mas. Tapi kan, Mas Alfa, bisa minta ke Alya buat bikinin lagi, nggak usah habisin punya Alya juga" jawab Alya yang berusaha mengontrol nada bicara
Jika ditanya kesal, pasti kesal. Namun ia harus bisa menahan rasa kesalnya kepada suaminya. Jika saja yang menghabiskan makanannya itu adalah Arhan, jangan kaget jika meja makan di ruang itu sudah menimpa dirinya(Arhan)
"Trus ini gimana Alya bisa revisian cepet, kalo Mas Alfa nya aja selalu gangguin Alya"
"Trus gimana sama zauji kamu ini, hm?" bantah Gus Fatih
"Gimana apanya?"
"Kamu pikir zauji mu ini nggak cemburu ta sama laptop itu, hm?"
"Ya Allah..."
"Wallahi, Humaira... Saya tidak rela tersesat dimanapun, kecuali di mata mu"
Mendengar itu Alya pun tersenyum di hatinya tapi tidak di wajahnya, dengan usaha yang keras dirinya saat ini telah mengontrol mimik wajahnya agar tetap terlihat kesal
Setelah dirasa hatinya sudah tenang dan tak bergejolak salting, akhirnya Alya berdiri dari duduknya dan bertanya
"Jadi ini salah Alya gitu ta?" tanya Alya dengan melipat kedua tangannya di depan dada
KAMU SEDANG MEMBACA
EL-FATIH (END)
Teen Fictionبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ANAK NYA NADHIELFATHAN