20.30, Resto & Cafe Al-Fattah
Setelah beberapa rentetan acara sudah terselenggara, kini sudah waktunya untuk penutupan dan hendak makan-makan
Terlihat diatas panggung sana, ada seorang pria young old tengah memegang mic. Beliau yang tak lain dan tak bukan ialah Jaddi Syakir "matur nuwun kathah inggil dugi para santriwan lan santriwati inggiling dalu dinten puniki, acara dalu puniki, Abah, ngajak sampeyan-sampeyan sedoyo dhateng pesantren amargi ulem-uleman saking, Gus fatih, kangge nedha donga restu saking sampeyan-sampeyan sedaya mugi-mugi lare ingkang wonten ing kandhutan, Ning Alya, ingkang sampun kalih sasi puniki saged saras lan dipunsukani kelancaran ngantos proses ngedalaken mangke"
Terima kasih banyak atas kehadiran para santriwan dan santriwati atas malam hari ini, acara malam ini Abah ngajak kalian semua ke pesantren karena undangan dari Gus Fatih untuk meminta doa restu dari kalian semua semoga anak yang berada di kandungan Ning Alya yang sudah dua bulan ini bisa sehat dan diberi kelancaran hingga proses melahirkan nanti
"Aamiin" jawab santriwan dan santriwati serempak yang memenuhi kafe & resto disana
"Nggih mpun, saderengipun acara nedha nedha puniki dipunwiwiti, waos suratul fatihah rumiyin dados penutupan enggal sampeyan-sampeyan sedaya angsal nedha, nggih?... Al-Fatihah"
Ya sudah, sebelum acara makan makan ini dimulai, baca suratul Fatihah dulu sebagai penutupan baru kalian semua boleh makan, ya?... Al-Fatihah
Setelah selesai, para santri pun bubar dan mulai menyantap makanan dan minuman yang telah disediakan, para santriwan dan santriwati disana merasa merdeka karena bisa makan enak berkonsep prasmanan
Berbeda dengan sang pemilik hajat, kedua insan itu masih belum menjamah bahkan melihat makanan yang telah tersedia disana, keduanya malah kejar-kejaran di tepian danau
Melihat Zaujati nya berlari kecil, Gus Fatih pun mulai memperingatkan nya, dan mencoba memegang tangan mungil istrinya. Namun sayang, pegangan tangan itu langsung dihempas oleh Alya karena lantaran kesal "Memey.. Jangan lari-lari" peringat Gus Fatih lembut
"Mey, kamu boleh marah sama, Mas, tapi jangan lari-lari gini, ya? ingat jantung hati kita ada di perut Memey sekarang"
Mendengar imbuhan dari Gus Fatih, Alya pun langsung terdiam dan menghentikan langkahnya "duduk dulu, ya?"
Alya lagi-lagi patuh akan permintaan Zauji nya kali ini, ia segera duduk di tepian danau dengan menatap air dibawah sana yang terlihat bayang-bayang keduanya
"cape?" tanya Gus Fatih lembut dan disambut gelengan oleh sang empu yang kini sedang menatap danau
Gus Fatih menarik nafas pelan dan mulai mengamati perempuan bercadar itu yang kini sedang menatap danau dengan mata teduhnya, bahkan aksi Gus Fatih itu terlihat dari bayang bayang air danau yang Alya lihat, dan Alya pun menolehkan wajahnya kepada Zauji nya
Ternyata di bayangan air danau itu sama, Gus Fatih saat ini sedang menatap Alya dengan tatapan matanya yang sangat dalam
Tak lama dari itu, Alya pun menundukkan kepalanya ke air danau lagi, karena jika dirinya saat ini melanjutkan sesi tatap mata dengan suaminya ia akan mulai terhipnotis akan mata hitam legam milik Gus Fatih, dan akan luluh alhasil tak jadi merajuk
"Mey, kita ke dalam yuk? ayo dinner sama keluarga disana.. Acara ini yang ngundang mereka semua Mas, lho, masa kita yang punya hajat nggak mau makan bareng sama mereka? Memey nggak kangen sama Abi sama Ummi, heum?"
"Memey boleh kok kalo marah sama-..." ucapan lembut dari Gus Fatih itu terpotong karena tiba-tiba Alya langsung berjalan mendahuluinya, melihat itu sontak Gus Fatih langsung berlari dan mengandeng tangan Alya
KAMU SEDANG MEMBACA
EL-FATIH (END)
Teen Fictionبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ANAK NYA NADHIELFATHAN