Bel pulang berbunyi sukses membuat Haru menghembuskan napas lega. Ia menjalani hari dengan berbagai pertanyaan dari orang-orang terlebih guru kenapa mengenakan atasan olahraga.
Haru takut dikira anak nakal, padahal hanya sedikit sial.
"ikut gak?" tanya Gavin pada Haru.
"mau kemana?" balik tanya Haru.
"kantin."
"eh mending lu ikut gua aja!"
Berhubung kelas mereka ada di lantai atas, Haru cepat-cepat menarik tangan Gavin untuk keluar. Menuju ke ujung di mana bisa melihat parkiran sekolah dari atas sana.
"ramean," bisik Haru pada Gavin.
"apanya?" Gavin mengerutkan kening, turut melihat ke bawah orang mana yang diamati Haru dari banyaknya siswa pulang sekolah.
"buset itu anak ULTRAS, semuanya?" celetuk Haru lagi.
"mana sih, goblok?" Gavin jadi emosi.
"itu loh yang rombongan di bawah pohon! lu liat jari gua, njing!" Haru menunjuk, di kejauhan sana.
Kurang lebih 20 orang. Salah satunya ada Daffa, tapi Daffa sudah bersiap-siap mau pulang.
"iya semuanya, aslinya mah lebih banyak. kayanya mau latihan itu buat lusa, kan ada tanding lawan STM sebelah," jawab Gavin.
"kok si Daffa balik?"
"Daffa siapa? oh yang tadi di kamar mandi ya?" Gavin ikut memfokuskan atensi pada yang dimaksud.
Mengendarai motornya menjauhi rombongan itu setelah terlihat saling berpamitan.
"dimusuhin kali," balas Gavin ngawur.
"ha emang iya? tadi salam-salaman kok?"
"ga tau, coba tanyain orangnya langsung."
Haru menggeleng. "dia kaget gua tahu namanya. alias, kita ga saling kenal sebenernya, Vin," ucapnya.
"lah bukannya tadi udah saling kenal??" tanya Gavin heran.
"cuma dia tahu nama gua, gua tahu nama dia."
"itu apa namanya kalo bukan kenal sih, Ru?" cibir Gavin, bingung sendiri. "dia tahu nama lu mah wajar hampir satu angkatan ya kenal wakil ketua MPK gak sih," lanjutnya kemudian. "lu tau dia darimana?"
"dari Jana kan kemaren."
"terus?"
"ga terus-terus, ya udah tau aja."
"lu naksir dia, Ru?"
"idih apaan kagak!"
Tiba-tiba jadi meninggikan nada suaranya. Haru menggeleng-gelengkan kepala cepat, memberi tahu Gavin jika dia tidak. Tapi respon sohibnya yang malah tertawa mengejek itu membuat Haru semakin sebal.
"naksir mah naksir aja," ucap Gavin.
"kepo aja gua."
Seketika Gavin terdiam, ia sedang berpikir sesuatu. Setelah ingat, menepuk pundak Haru refleks. "eh—"
Ia menggantung ucapannya, menunjuk pada Daffa yang masih di jalan depan gerbang karena hendak menyebrang. "—lu kalo suka sama dia, kata gua jangan deh," cibirnya kemudian.
Padahal tadi Haru denial jika tidak suka, tetapi sekarang raut lelaki itu menandakan ia sangat tidak terima dengan penyataan temannya.
"kenapa?" Bertanya sewot.
"denger-denger tawuran semester kemaren pas habis magang itu, yang sampe diliput berita, gara-gara Daffa biangnya."
Oh.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...