Salah jika Daffa mengira kepala sekolahnya akan melarang si anak untuk bertemu dengannya usai kejadian hari ini. Justru Daffa melihat sendiri di perjalanan pulang, si empu memaksa Haru untuk menemani Daffa.
Tidak berdua maksudnya, Aldo dan Bian juga. Tapi mereka kembali ke sekolah, dan Aldo yang akan menginap nanti mengingat rumahnya lebih dekat rumah Daffa.
"yah. gak jadi ke curug," celetuk Daffa.
"kenapa mereka kayaknya benci banget sama lu sih, Daf?" Haru bertanya, ia masih tidak bisa tersenyum sejak tadi.
"ga tau, kan gua adeknya orang yang bikin temen mereka di penjara kali."
"mereka yang salah, orang itu pantes masuk penjara."
Sekarang sudah pukul 3 sore, Haru nampak begitu lelah. Ia menidurkan kepala pada paha Daffa usai memastikan itu baik-baik saja. Syukurnya Daffa masih bisa berjalan walau tertatih-tatih. Dan, ia sedikit kesulitan karena tangan kirinya terluka.
"pundak lu belum sembuh, sekarang ketambahan luka baru," celetuk Haru, sedih.
"ga sakit kok."
"gua pengen marah soalnya lu bilang ga sakit, gapapa, ga kerasa. kenapa ga gua aja yang kena biar setidaknya lu ga nambah luka lagi? gua ga mau tiap harii adaaaa aja darah keluar dari elu."
Daffa terdiam mendengarkan keluhan panjang si pacar. Ia ingin tertawa, tapi pasti akan membuat Haru semakin kesal. Jadi kini tangan kanannya ia angkat mengelus kepala si pacar saja guna menenangkan amarah lelaki itu.
"jangan ikut luka-luka. nanti ganteng lu ilang mampus," balas Daffa.
"gak. gua pengen marah sama semua orang sekarang, lu diem aja."
"maaf ya."
"jangan minta maaf juga."
Haru sedang marah, yang marahnya berbeda saat ia dengan posisinya sebagai wakil ketua MPK. Tapi marah Haru sekarang, terlihat lucu di mata Daffa. Karena mengomel, dengan mata terpejam dan kedua tangan yang dilipat pada dada.
"hhhh bisa kaga Aldo cepet kesini, gua pengen noyor kepalanya..."
"Aldo salah apa coba..."
🦋🦋🦋
Hari Jumat, ulang tahun sekolah. Banyak polisi berjaga di depan. Begitu memasuki gerbang, disambut oleh stand-stand makanan ringan yang masih belum dibuka.
Haru turun dari motornya, membantu Daffa— yang sempat ia suruh untuk tidak berangkat saja tetapi si empu menolak. Ingin melihat acara-acara festival sekolah.
"nanti pulang tetep sama gua ya. tapi gua evaluasi bentaaar, gapapa kan?" Dapat Haru lihat raut cemberut dari yang lebih tua. Tapi ia tidak peduli, membiarkan Daffa pulang sendiri itu seperti ancaman untuknya.
"males sebenernya," sahut Daffa.
Ia masih bisa berjalan, walau sedikit tertatih.
"lu berdua kampret, berangkat bareng tapi ninggalin gua di lampu merah!"
Seruan Aldo terdengar. Mereka sampai lupa jika tadi berangkat bersama.
"ya lu siapa suruh di belakang mobil gitu, lama kan?" Daffa tertawa kecil.
"kejepit, ga bisa kemana-mana!" dengus Aldo dengan sedikit berlari menghampiri sepasang manusia berseragam putih abu itu.
Akan ada upacara hari ulang tahun sekolah mereka setelah ini. Haru dan Aldo berpisah dengan Daffa usai memastikan anak itu menuju ke kelasnya, sementara mereka bersiap-siap ke lapangan sepak bola guna membantu segala persiapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...